Jumat, 01 Juni 2012

 

Hujan di Pagi Hari


cerpen, karya sastra cerpen, cerpen hujan, cerita hujan di pagi hari, Blog Dofollow


Pagi ini hujan begitu deras mencurahkan pengajarannya padaku.

Bulir-bulirnya yang besar menimpa semua keberadaan di permukaan bumi, di dedaunan yang berupaya keras agar tak terlepas dari tangkai daun, di pepohonan doyong menahan keras tiupan angin yang senantiasa tak pernah mau ketinggalan berpartisipasi menyemarakkan suasana. Menderu-deru. Atau, pula terasa di kecut hati ketika hujan juga mengundang gelegar guntur. Bergemuruh. Pada tanah yang tergerus, aku melihat betapa curahan hujan yang tertumpah berkumpul, berpadu dalam suatu arus gerak menuju ke tempat terendah─daya masif hasil dari kesatuan unit-unit butiran air.

Hujan menerangkan betapa hukum alam yang senantiasa mengarahkan dan mengatur dinamika kehidupan memiliki konsekuensi tertentu yang tak dapat dihindari. 

Tak jauh dari rumahku, hujan mengajarkan arti duka alam ketika orang-orang menangisi kepergian dua anggota keluarga terkasih. Bulir-bulir hujan mensyahdukan kepedihan mendalam atas rasa perih mengiris-ngiris karena ditinggalkan. Melankoli yang dramatis.

Jalan sedikit tak beberapa jauh dari sana, aduhai hujan menghapus kotoran debu di seluruh permukaan kubah sebuah mesjid nan agung. Mata yang memandang pun akan terpesona akan kebesaran rumah mengharap berkah dari-Nya itu. Aku ditunjukkan sesuatu yang tersirat dari hal ini. Sepertinya hujan adalah suatu aktifitas intens pendekatan diri pada-Nya demi membersihkan jiwa. Hujan seumpama kesadaran diri secara terus-menerus, mensucikan ruh dalam kebeningan bulir-bulirnya sehingga pancaran kemanusiawian insan kian cemerlang saja ketika menyadari betapa eksistensinya hanyalah untuk menundukkan diri di hadapan-Nya. Dari itu pula juga tampak betapa kemuliaan adalah semata milik insan yang ingin mencari kesejatian diri dengan senantiasa mengingat-Nya. Hujan yang mencuci adalah isyarat alam yang mengabarkan: ketika insan sadar bahwa ia tak pernah bisa lepas dari kekhilafan, maka memohon ampunan dari-Nya adalah sebuah cara yang wajib ditempuh.

O, ya, sebelum terlupa olehku.. Di jalanan aspal, telah kulihat hujan juga begitu berjaya melicinkan permukaan jalan. Sehingga, orang-orang yang berkendara kulihat begitu hati-hati melintas, harap-harap cemas kalau sampai tergelincir. Hujan membuat mereka berhati-hati menempuh jalan licin untuk sampai ke tempat tujuan. Ya, seperti itulah kiranya manusia diharapkan bersikap, menjaga diri: waspada sepanjang hayat dari godaan rayuan nafsu supaya jangan sampai terjungkal ke dalam penderitaan nan tak tertangguhkan akibat keserakahan dan ketergesaan.

Dan pagi ini, ketika hujan ditumpahkan dari langit, aku lihat yang bisa aku tangkap maknanya: tujuan kehidupan manusia adalah selaras dengan irama alam, sanggup menjaga diri, mampu menerima segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya dengan jiwa besar.
Share: