Di langit malam: Bulan
memancarkan cintanya kepada Khairan
Khairan tidak peduli
Di kamarnya yang sunyi
Khairan menulis puisi
lewat celah jendela
Bulan mengintip Khairan
Khairan tidak peduli
di kamarnya yang sunyi
Khairan menulis puisi
di langit bulan gelisah
Khairan tidak peduli
di langit bulan sepi
Khairan tidak peduli
di langit bulan rindu
Khairan tidak peduli
maka bulan turun ke bumi
Khairan tidak peduli
Bulan melangkah mendekat
Khairan tidak peduli
Bulan memanjat dinding
Khairan tidak peduli
Bulan mengetuk jendela
Khairan tetap saja
menulis puisi
pelan-pelan Bulan menguak jendela
Khairan tidak peduli
Bulan nekat memasuki kamarnya
Khairan tidak peduli
Bulan menggamit bahunya
Khairan tidak peduli
Bulan mengelus lehernya
Khairan tidak peduli
Bulan membelai pipinya
Khairan tidak peduli
Bulan mencium dahinya
Khairan tidak peduli
Bulan mengecup bibirnya
Khairan tidak bisa lagi tidak peduli
Bulan rebah di pangkuannya
Khairan tidak lagi menulis puisi
Bulan memegang tangannya
Khairan membiarkan
Bulan menuntunnya ke ranjang
Khairan tidak keberatan
Bulan buka kutang
Khairan mulai gemetaran
Bulan buka paha
Khairan segera
jadi singa
syahdan
ketika Bulan dan Khairan
tuntasa di puncak malam
sebuah puisi tiba
di ujung baitnya
Bulan pun kembali ke langit malam
memancarkan cintanya
ke mana-mana
Makassar, Januari 1976
───────────────────────────────────────────────────
(*) Sumber dari : Majalah Sastra Horison ─ Sajak Pilihan, No.XXXIX / 8 / 2004
(**) Ilustrasi dari Devianart , Man under the Moon Created by ooberxandxdavie6
(*) Sumber dari : Majalah Sastra Horison ─ Sajak Pilihan, No.XXXIX / 8 / 2004
(**) Ilustrasi dari Devianart , Man under the Moon Created by ooberxandxdavie6