“Selamat malam, Imajinasi..”
Kau tahu?
Sungguh aku tak mampu:
- menolak betapa lembutnya kau punya rayuan -
menerbangkan diriku dalam gemulai gemawan mimpi,
menuntunku ketika menapaki undak demi undak tangga
hingga tiba di ujung gerbang megah menawan Istana Langit
dimana harapan adalah penganan lembut tergigit,
dan bau bangkai putus asa sudah tak lagi sengit.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Terimalah hormat dan takzimku
dari hati dan diri
ketika telah kau buka
jalan terang meraih cinta
ketika itu cinta di dunia
mulai lunglai tak bernyawa,
atau saat semua yang nyata
telah berubah menjadi fatamorgana,
namun bersamamu, wahai Imajinasi
kau beri ruang baru untuk sebuah nama abadi,
lalu hamparkan permadani perdamaian sejati,
dan aku terlelap dalam nyaman mimpi yang tak terbeli.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Betapa aku mencintaimu sepenuh hati
untuk kebaikanmu yang mengalir tak henti
saat orang-orang dalam hidupku datang dan pergi
sewaktu mata indrawi tak pernah percaya itu terjadi
kala mereka pergi tak pernah kembali,
tapi di sini aku bersamamu, wahai Imajinasi
insan-insan yang senantiasa kucintai
dalam tiap detak jantungku berbunyi
mengiringi gerak bolak-balik aliran darah di pembuluh vena dan nadi
: mereka ada di sisiku kembali.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Terima kasih ini untukmu yang menjadikan harapan tak pernah mati,
menyediakan tempat bagi diriku untuk berlari,
membangunkan rumah idamanku dimana bisa kutemukan hidangan lezat cinta sejati
dengan anggur memabukkan, pelupa getir yang menggerus diri
membaringkanku di tempat tidur hangat kebahagian yang mungkin bisa abadi.
FIKSI | 24 October 2011 | 21:38
Kau tahu?
Sungguh aku tak mampu:
- menolak betapa lembutnya kau punya rayuan -
menerbangkan diriku dalam gemulai gemawan mimpi,
menuntunku ketika menapaki undak demi undak tangga
hingga tiba di ujung gerbang megah menawan Istana Langit
dimana harapan adalah penganan lembut tergigit,
dan bau bangkai putus asa sudah tak lagi sengit.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Terimalah hormat dan takzimku
dari hati dan diri
ketika telah kau buka
jalan terang meraih cinta
ketika itu cinta di dunia
mulai lunglai tak bernyawa,
atau saat semua yang nyata
telah berubah menjadi fatamorgana,
namun bersamamu, wahai Imajinasi
kau beri ruang baru untuk sebuah nama abadi,
lalu hamparkan permadani perdamaian sejati,
dan aku terlelap dalam nyaman mimpi yang tak terbeli.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Betapa aku mencintaimu sepenuh hati
untuk kebaikanmu yang mengalir tak henti
saat orang-orang dalam hidupku datang dan pergi
sewaktu mata indrawi tak pernah percaya itu terjadi
kala mereka pergi tak pernah kembali,
tapi di sini aku bersamamu, wahai Imajinasi
insan-insan yang senantiasa kucintai
dalam tiap detak jantungku berbunyi
mengiringi gerak bolak-balik aliran darah di pembuluh vena dan nadi
: mereka ada di sisiku kembali.
“Selamat malam, Imajinasi..”
Terima kasih ini untukmu yang menjadikan harapan tak pernah mati,
menyediakan tempat bagi diriku untuk berlari,
membangunkan rumah idamanku dimana bisa kutemukan hidangan lezat cinta sejati
dengan anggur memabukkan, pelupa getir yang menggerus diri
membaringkanku di tempat tidur hangat kebahagian yang mungkin bisa abadi.
FIKSI | 24 October 2011 | 21:38
0 komentar:
Posting Komentar