Resensi film merupakan cara untuk menilai sebuah film dari kelebihan atau kekurangannya. Aktivitas penulisan kreatif ini tentunya berhubungan dengan kesan, dan pendapat seseorang ketika mengeksplorasi apa saja hal-hal menarik dari sebuah film sehingga layak untuk ditonton/direkomendasikan kepada para pembaca resensi. Juga menjadi sarana untuk mengevaluasi secara objektif terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam elemen-elemen formal film tersebut. Misalnya, alur ceritanya yang mudah ditebak, karakterisasi yang stereotif atau klise, tema yang diusung tidak begitu penting, atau hal apapun yang menjadikan film tersebut kurang berkualitas.
Resensi film bukanlah tulisan yang ketat dengan tata cara penulisan ilmiah, atau terlalu banyak memuat berbagai opini personal yang tak relevan. Biasanya sebuah resensi ditulis dengan jumlah 600 – 1200 kata. Namun biarpun cukup ringkas, idealnya resensi film mesti memuat penilaian pada dua kategori dasarnya, yakni pertama berhubungan dengan teknik formal pembuatannya seperti sinematografi, tata cahaya dan suara, jenre dan penceritaan (narratology). Yang kedua yaitu penilaian kontekstual tematik yang berhubungan dengan apa saja hal-hal yang menjadi latar-belakang film tersebut, meresonansi isu-isu tertentu seperti yang berkaitan dengan sejarah, ras, jender, kelas-kelas sosial dan lain sebagainya.
Adapun elemen-elemen mendasar yang biasanya terdapat dalam sebuah resensi, yaitu:
1. Pendahuluan
Dalam bagian awal resensi, sejumlah informasi mendasar mengenai film tersebut sebaiknya dimuat yakni judul film, tahun pembuatan, sutradara, penulis skenario, dan para aktor/aktris utama. Informasi ini akan membuat pembaca tahu gambaran umum mengenai film yang sedang diresensi.
2. Ringkasan Cerita
Penulis resensi harus memahami bahwa para pembaca tulisannya itu sebagian besar belum menonton film tersebut. Karenanya, sangatlah bijaksana bila ada ringkasan cerita yang mengilustrasikan secara garis besar (general sense) mengenai film. Dengan demikian, pembaca mengetahui, merasa tertarik, mempertimbangkan apakah bagus atau tidak film yang sedang diresensikan.
3. Deskripsi Impressif
Setelah pembaca mendapat pemahaman umum mengenai film melalui ringkasan cerita, resensi mengizinkan penulisnya untuk mengungkapkan kesan-kesan khusus yang dirasakan ketika ia menyaksikan sendiri film tersebut. Ungkapan perasaan subjektif atau emosi-emosi tertentu yang dialami, pikiran atau pendapat pribadi penulis mengenai bagaimana film yang telah ditontonnya itu justru membuat sebuah resensi film terkesan menarik (particularly attractive). Oleh sebab itu, mendeskripsikan perasaan dan interpretasi pribadi dalam meresensi film juga sebaiknya diuraikan penulis.
4. Analisis
Supaya penulis bisa menjelaskan kesan-kesan yang didapat dan penafsiran pribadinya tentang film yang sedang diresensikan, disarankan ia juga menerangkan seberapa efektif film tersebut telah mendayagunakan dengan baik teknik-teknik formal pembuatan seperti sinematografi, pencahayaan, tata suara, editing, jenre dan penceritaan. Relevansinya untuk menunjukkan kepada pembaca seberapa jauh formal techniques tersebut mempengaruhi kualitas sebuah film. Selain itu, penulis resensi sebaiknya juga menguraikan analisisnya yang berhubungan dengan thematic content dalam film seperti apa saja latar belakang historis yang ingin diungkapkan. Atau, Hal-hal yang berkaitan dengan soal jender, ras, agama, kemanusiaan, seksualitas, kelas sosial, dan lingkungan tertentu. Uraian yang demikian untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca bahwa sebuah film adalah karya seni yang secara imaji visual sedang mengisahkan dunia pengalaman konkret manusiawi yang kompleks dan ambigu, dimana manusia berupaya melakukan interaksi secara aktif dalam rangka memaknai kediriannya. Tentunya dengan memuat penilaian yang demikian sebuah resensi film akan menambah nilai bermanfaat dari dalamnya, sekaligus para pembaca dapat mempertimbangkan secara tepat layak atau tidak film dimaksud untuk ditonton.
5. Kesimpulan
Pada bagian ini, penulis sebaiknya menggambarkan secara umum pendapat dan kesan-kesan pribadinya (general thoughts and impressions) mengenai film yang diresensi. Ia dibolehkan untuk menjelaskannya secara gamblang atau tersirat kepada para pembaca resensi (explain explicitly or implicitly to the audience). Upaya ini untuk memastikan sarannya kepada pembaca mengapa film yang sedang dievaluasi ini layak ditonton atau malah sebaliknya.
Demikian tips ringkas menulis resensi film yang bisa saya terangkan. Walau bagaimanapun juga, menulis adalah aktivitas kreatif yang butuh latihan. Tema apapun yang ingin kita kemukakan secara tertulis tentu akan mengalami kesempurnaan setelah banyak berlatih menguraikannya. Oleh karena itu, izinkan saya untuk menyarankan Anda agar tetaplah konsisten dalam melatih kemampuan menulis. Siapa tahu kelak di antara kita akan menjadi penulis resensi yang handal dan bisa mendapat penghasilan tambahan dari situ. Semoga bermanfaat. [M.I]