Blak-blakan jangan terlalu banyak basa-basi!
1. Kamu memiliki impian yang mulia? Kamu mau menurunkannya walaupun ia tersangkut di lengkung langit? Hati-hati terpeleset, ya?! Jatuhnya sakit, lho.. Luar biasa masih kamu curahkan seluruh energimu untuk menyogroknya dari tangkai langit.. Lihat dirimu sekarang. Kan, masih seperti awal mula? Ah, rupanya mimpi yang jaraknya begitu tinggi itu luput kamu raih, tak mampu kamu genggam erat.
Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kamu biarkan dirimu direngkuh kehidupan khayali? Dengar baik-baik, ya?
”Dia yang tidak dapat bertindak sesuai keinginan, mau tidak mau harus bertindak sesuai kemampuan.”
Kehidupan ini realita. Di dalamnya segala sesuatu tak pernah statis. Berubah dan bergerak maju sekehendak hatinya yang tega. Memang sekali waktu datang masa yang terasa amat manis. Namun, sesudah itu kamu mesti siap-siap juga untuk saatnya merasakan kegetiran yang teramat iseng mampir ke dalam duniamu. Biar bagaimanapun juga... Ya, benar sekali! Kamu hidup di sana. Masih kamu suka makan mimpi?
Mimpi itu sekalipun dihidangkan dengan mawar merah, ada dua batang lilin yang menyala redup romantis, ampun suasananya begitu menyentuh kalbumu. Tapi, mimpi tetap saja bukan hal yang nyata. Apalagi kamu tak punya kemampuan mewujudkannya.
Jadi, bertindaklah sesuai kemampuan dan jangan tetapkan apa pun yang berada di luar jangkauanmu sebagai sasaran tembak. Sudahlah lupakan saja nasehat dari banyak motivator melalui kata-kata muluknya yang membuatmu terbuai. Dia memang mahir membuai orang. Dia selalu piawai mengatakan hal-hal yang ingin kamu dengar. Semoga dia adalah orang pertama yang didorong malaikat masuk neraka!
2. Sekarang mari bicara tentang keadilan dan hukum. Oh, tunggu dulu! Sepertinya saya mendengar lamat-lamat suara nun jauh di sana ingin menghimbau kita. Apa kamu mendengarnya juga?
Ya, benar sekali! Semua hukum tidak berlaku di depan keperluan yang mendesak. Ingatlah itu baik-baik.
3. Sudah terbukti bahwa kamu banyak bicara. Juga nyata sekali terlihat dirimu itu ceroboh ketika mengeluarkan dompet dan memamerkan isinya ke hadapan banyak orang. Apa kamu kira orang suka mendengar omong kosongmu? Apa sangkamu orang tidak iri hati dengan kemakmuran hidupmu yang berlimpah?
Idiot memang tak pernah mampu menyimpan kebijaksanaannya! Dia bingung dan lalai mencari tahu: siapa adalah siapa dalam situasinya yang bagaimana, sedang mengincar apa dan kamu bisa jadi sasarannya. Mau jadi idiot?! Kalau begitu, ya sudahlah..
Tapi, sebelum kamu mau mengambil keputusan menjadi seorang idiot, dengarkan saran ini: telitilah apa yang mau kamu katakan dan awasi dengan baik hartamu. Bukalah mulut dan dompetmu dengan hati-hati!
4. Saya kira kamu pernah mengalami betapa sakitnya ketika dirimu dikhianati teman sendiri. Ya, perih sekali rasanya. Tapi, mari ambil pelajarannya dan sudahi saja penghayatanmu akan rasa sakit itu yang telah berlangsung lama (terutama jika dirimu tak mampu memberi nilai impas 1 : 1. Karena, bukan rasa sakit akibat pengkhianatan yang menjadi penting untuk diresapi, tetapi bagaimana caranya agar skor bisa imbang. Itu intinya! Supaya dia tahu sedang berurusan dengan siapa.)
Ya, memang tega sekali teman yang berkhianat demi kepentingannya sendiri itu. Apalagi masih terbayang-bayang jelas bagaimana dia tanpa beban dan santai sekali berkata : ”Ini bukan masalah pribadi, benar-benar bisnis murni.”
Ambillah hikmahnya : ”Masalah dengan teman adalah ketulusannya.” Agar lain waktu kamu tak lagi bersikap naif. Pegang teguh prinsip ini bahwa teman sejati akan kamu ketahui setelah diuji. Ada nasehat yang cukup bijak mengenai hal ini: ”Jangan mengandalkan persahabatan yang didapat dengan pembelian, tetapi tidak dimantapkan dengan cubitan.”
5. Sekarang mari berbicara tentang ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan. Francis Bacon melalui aforismanya menyatakan: ”Knowledge is power - Scientia est potentia.”
Tapi, tunggu dulu jangan salah paham dengan menelan mentah-mentah artinya secara harfiah. Kalau itu kamu lakukan.. Astaga, lihatlah dirimu itu! Setiap hari belajar, menggali bukit batu supaya menemukan bongkahan emas kemilau ilmu. Batu-batu dari galianmu sekarang ada dimana? Luar biasa! Kepalamu penuh berisi batu. Bukan ilmu yang cahayanya begitu agung.
Kamu belajar dan menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh ilmu, tapi kenapa hanya kamu simpan? Bagaimana bisa cuma kamu endapkan dalam benak saja? Lalu, ilmu itu berubah menjadi beban yang memberatkan dirimu.
Ilmu pengetahuan apa pun jenisnya, kalau hanya mau kamu simpan dan tak pernah bersedia dirimu mengamalkannya, niscaya ia hanya menciptakan kekosongan. Kan, kamu sudah tahu bahwa kehampaan itu melahirkan kehampaan. Dan, senjata yang tidak digunakan tak akan pernah meneteskan darah. Orang dungu memang bersedia menghabiskan waktu hanya untuk menggergaji dahan dimana kakinya bertengger. Mau jadi orang dungu?
Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kamu biarkan dirimu direngkuh kehidupan khayali? Dengar baik-baik, ya?
”Dia yang tidak dapat bertindak sesuai keinginan, mau tidak mau harus bertindak sesuai kemampuan.”
Kehidupan ini realita. Di dalamnya segala sesuatu tak pernah statis. Berubah dan bergerak maju sekehendak hatinya yang tega. Memang sekali waktu datang masa yang terasa amat manis. Namun, sesudah itu kamu mesti siap-siap juga untuk saatnya merasakan kegetiran yang teramat iseng mampir ke dalam duniamu. Biar bagaimanapun juga... Ya, benar sekali! Kamu hidup di sana. Masih kamu suka makan mimpi?
Mimpi itu sekalipun dihidangkan dengan mawar merah, ada dua batang lilin yang menyala redup romantis, ampun suasananya begitu menyentuh kalbumu. Tapi, mimpi tetap saja bukan hal yang nyata. Apalagi kamu tak punya kemampuan mewujudkannya.
Jadi, bertindaklah sesuai kemampuan dan jangan tetapkan apa pun yang berada di luar jangkauanmu sebagai sasaran tembak. Sudahlah lupakan saja nasehat dari banyak motivator melalui kata-kata muluknya yang membuatmu terbuai. Dia memang mahir membuai orang. Dia selalu piawai mengatakan hal-hal yang ingin kamu dengar. Semoga dia adalah orang pertama yang didorong malaikat masuk neraka!
2. Sekarang mari bicara tentang keadilan dan hukum. Oh, tunggu dulu! Sepertinya saya mendengar lamat-lamat suara nun jauh di sana ingin menghimbau kita. Apa kamu mendengarnya juga?
Ya, benar sekali! Semua hukum tidak berlaku di depan keperluan yang mendesak. Ingatlah itu baik-baik.
3. Sudah terbukti bahwa kamu banyak bicara. Juga nyata sekali terlihat dirimu itu ceroboh ketika mengeluarkan dompet dan memamerkan isinya ke hadapan banyak orang. Apa kamu kira orang suka mendengar omong kosongmu? Apa sangkamu orang tidak iri hati dengan kemakmuran hidupmu yang berlimpah?
Idiot memang tak pernah mampu menyimpan kebijaksanaannya! Dia bingung dan lalai mencari tahu: siapa adalah siapa dalam situasinya yang bagaimana, sedang mengincar apa dan kamu bisa jadi sasarannya. Mau jadi idiot?! Kalau begitu, ya sudahlah..
Tapi, sebelum kamu mau mengambil keputusan menjadi seorang idiot, dengarkan saran ini: telitilah apa yang mau kamu katakan dan awasi dengan baik hartamu. Bukalah mulut dan dompetmu dengan hati-hati!
4. Saya kira kamu pernah mengalami betapa sakitnya ketika dirimu dikhianati teman sendiri. Ya, perih sekali rasanya. Tapi, mari ambil pelajarannya dan sudahi saja penghayatanmu akan rasa sakit itu yang telah berlangsung lama (terutama jika dirimu tak mampu memberi nilai impas 1 : 1. Karena, bukan rasa sakit akibat pengkhianatan yang menjadi penting untuk diresapi, tetapi bagaimana caranya agar skor bisa imbang. Itu intinya! Supaya dia tahu sedang berurusan dengan siapa.)
Ya, memang tega sekali teman yang berkhianat demi kepentingannya sendiri itu. Apalagi masih terbayang-bayang jelas bagaimana dia tanpa beban dan santai sekali berkata : ”Ini bukan masalah pribadi, benar-benar bisnis murni.”
Ambillah hikmahnya : ”Masalah dengan teman adalah ketulusannya.” Agar lain waktu kamu tak lagi bersikap naif. Pegang teguh prinsip ini bahwa teman sejati akan kamu ketahui setelah diuji. Ada nasehat yang cukup bijak mengenai hal ini: ”Jangan mengandalkan persahabatan yang didapat dengan pembelian, tetapi tidak dimantapkan dengan cubitan.”
5. Sekarang mari berbicara tentang ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan. Francis Bacon melalui aforismanya menyatakan: ”Knowledge is power - Scientia est potentia.”
Tapi, tunggu dulu jangan salah paham dengan menelan mentah-mentah artinya secara harfiah. Kalau itu kamu lakukan.. Astaga, lihatlah dirimu itu! Setiap hari belajar, menggali bukit batu supaya menemukan bongkahan emas kemilau ilmu. Batu-batu dari galianmu sekarang ada dimana? Luar biasa! Kepalamu penuh berisi batu. Bukan ilmu yang cahayanya begitu agung.
Kamu belajar dan menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh ilmu, tapi kenapa hanya kamu simpan? Bagaimana bisa cuma kamu endapkan dalam benak saja? Lalu, ilmu itu berubah menjadi beban yang memberatkan dirimu.
Ilmu pengetahuan apa pun jenisnya, kalau hanya mau kamu simpan dan tak pernah bersedia dirimu mengamalkannya, niscaya ia hanya menciptakan kekosongan. Kan, kamu sudah tahu bahwa kehampaan itu melahirkan kehampaan. Dan, senjata yang tidak digunakan tak akan pernah meneteskan darah. Orang dungu memang bersedia menghabiskan waktu hanya untuk menggergaji dahan dimana kakinya bertengger. Mau jadi orang dungu?