Ironically Oscar Wilde ever said this, "A true friend stabs you in the front."
Wah, yang benar saja? Masa teman sejati tak lain orang yang "menusuk" diri kita terang-terangan.
Apa memang begitu cara orang sekarang untuk menciptakan suasana yang penuh keakraban? Terutama ketika diri kita sedang mengalami "one special moment" seperti hari ulangtahun; malah orang-orang yang kita kenal akrab, dengan alasan untuk menciptakan kenangan tak terlupa, bisa berprilaku kurang manusiawi terhadap kita.
Baiklah kita coba cari tahu bersama.
Individu dalam ikatan sosial memang terintegrasi oleh sistem pembagian peran untuk menjadi satu komunitas, atau kelompok sosial dengan identitasnya yang khusus. Dalam rangka menciptakan identitas sosial kelompok ini, biasanya ada beberapa pola prilaku tertentu yang sengaja dibuat. Hal ini demi menunjukkan jati diri. Secara otomatis, tiap orang yang tergabung dalam kelompok sosialnya akan mematuhi "norma-norma kelompok sosial" yang telah disepakati bersama. Kepatuhan terhadap aturan bersama ini cenderung bersifat mengikat, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan pola tindakan kasar tertentu dalam suasana yang khusus. Misalnya, sebuah kelompok yang berisi para remaja akan "mengerjai" salah seorang temannya yang berulangtahun. Melumuri cairan berwarna dan berbau, melemparinya dengan tepung atau bahkan menceburkannya ke dalam air kotor. Alasannya? Tak lain adalah memberikan kejutan agar selalu dikenang dan ini sudah jadi tradisi kelompok!
Wah, yang benar saja? Masa teman sejati tak lain orang yang "menusuk" diri kita terang-terangan.
Apa memang begitu cara orang sekarang untuk menciptakan suasana yang penuh keakraban? Terutama ketika diri kita sedang mengalami "one special moment" seperti hari ulangtahun; malah orang-orang yang kita kenal akrab, dengan alasan untuk menciptakan kenangan tak terlupa, bisa berprilaku kurang manusiawi terhadap kita.
Baiklah kita coba cari tahu bersama.
Individu dalam ikatan sosial memang terintegrasi oleh sistem pembagian peran untuk menjadi satu komunitas, atau kelompok sosial dengan identitasnya yang khusus. Dalam rangka menciptakan identitas sosial kelompok ini, biasanya ada beberapa pola prilaku tertentu yang sengaja dibuat. Hal ini demi menunjukkan jati diri. Secara otomatis, tiap orang yang tergabung dalam kelompok sosialnya akan mematuhi "norma-norma kelompok sosial" yang telah disepakati bersama. Kepatuhan terhadap aturan bersama ini cenderung bersifat mengikat, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan pola tindakan kasar tertentu dalam suasana yang khusus. Misalnya, sebuah kelompok yang berisi para remaja akan "mengerjai" salah seorang temannya yang berulangtahun. Melumuri cairan berwarna dan berbau, melemparinya dengan tepung atau bahkan menceburkannya ke dalam air kotor. Alasannya? Tak lain adalah memberikan kejutan agar selalu dikenang dan ini sudah jadi tradisi kelompok!
Persoalannya sekarang adalah dampak dari kekerasan yang timbul dan dirasakan oleh seseorang yang "diberi kejutan manis bukan kepalang" tadi. Tentu dirinya merasa tersakiti. Memang tak bisa dipungkiri peristiwa ketika para temannya merayakan hari ulangtahunnya itu akan menjadi "kenangan manis nan ironis sekaligus dramatis" dalam ruang jiwanya. Bagaimana mungkin bisa dilupakan? Mukanya tiba-tiba kena lempar telur busuk, sekujur tubuh penuh tepung terigu, dan penampilannya tentu saja sangat mempesona dalam pengertian yang ironis. Lalu, berderailah tawa dari para temannya. Merasakan suatu euforia yang menggelegak ketika sang teman yang malang "dikerjai" sedemikian rupa.
"Familiarity breeds contempt ── children," Mark Twain stated.
Keakraban melahirkan penghinaan, (merubah kedewasaan dalam diri individu hingga dirinya menjadi serupa) anak-anak.
Akhirnya, hal ini akan melembagakan kebiasaan menyakiti orang lain demi merasakan sensasi kelucuan yang kasar secara turun-temurun dalam setiap kelompok sosial.
0 komentar:
Posting Komentar