Penumpang yang Simpatik
Oleh EVELYN WAUGH
Terjemahan Muhammad Rihardja
Ketika Tuan James baru menutup daun pintu yang telah ditinggalkan beberapa langkah di belakangnya, musik dari sebuah pesawat radio langsung meledak-ledak keluar dari semua jendela yang ada di rumahnya itu. Agnes, yang sedang berada di dapur lah yang menghidupkan pesawat radio dengan lantunan sebuah lagu itu. Sementara istrinya, Nyonya James, sedang mandi di kamar mandi.
Beberapa program acara yang sebentar-sebentar berganti-ganti, terus terdengar, mengikuti langkah Tuan James menuju ke garasi hingga mobil mulai melaju menuju jalan kecil di depan rumah.
Dia menyetir sejauh dua belas mil ke arah stasiun, dan dalam perjalanan sejauh lima mil pertama, ia masih dalam suasana hati yang gundah.
Sebenarnya ketika menghadapi setiap masalah, Tuan James adalah tipe laki-laki yang selalu menampilkan sifatnya yang lembut. Tapi sayangnya tidak dalam satu hal. Dia akan berubah menjadi kasar ketika mendengarkan bunyi dari radio. Dia sangat membenci radio.
Bukan hanya karena tidak memberikan padanya hiburan sedikit pun; radio juga selalu memberikan rasa sakit yang akan menjalar ke sekujur tubuhnya. Dan dalam beberapa tahun, dia telah berpura-pura menghargai penemuan atas pesawat radio itu. Sebenarnya ia menyadari bahwa sikapnya itu telah melawan kata hatinya sendiri, tapi dia terpaksa melakukan itu untuk menghindari musuh-musuhnya melakukan konspirasi dengan penyiaran radio dengan maksud mengganggu dan menyakiti hatinya dalam masa-masa yang seharusnya tenang dalam hidupnya.
Tuan James belum bisa dikatakan sebagai seorang yang telah uzur, tapi ia juga tidak muda lagi. Pada kenyataannya dalam usianya pada pertengahan lima puluhan itu, Tuan James selalu mencintai keheningan.
Tapi sayang, Nyonya James tidak pernah membagikan sedikit pun keheningan dalam hidup Tuan James. Sekarang mereka tinggal bersama-sama dalam sebuah rumah kecil jauh dari pusat kota, dua belas mil dari lokasi hiburan yang memadai.
Bagi Nyonya James, radio adalah alat bantu yang bisa menghubungkan imajinasinya pada trotoar yang bersih, kaca etalase toko yang mengkilap, dan pertemuan dengan jutaan teman.
Sedangkan bagi Tuan James, radio telah menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran terhadap privasinya. Dia telah lama terkekang dalam kemarahannya yang semakin tumbuh terhadap ketidaksopanan sikap istri dan putrinya sebagai dua perempuan yang paling dekat dengannya yang juga seharusnya mengerti apa yang tidak disukainya.
Ketika masih tenggelam dalam kecamuk perasaannya, di tepi jalan, Tuan James melihat seorang laki-laki berbadan besar dan tegap yang kira-kira seusia dengannya, memberi tanda, meminta tumpangan. Tuan James pun berhenti.
“Saya berharap anda menuju ke stasiun kereta api?” Laki-laki itu berbicara sopan dengan suara yang rendah, agak sendu.
“Ya, Saya harus mengambil sebuah parcel di sana. Naiklah.”
“Terima kasih.”
Laki-laki itu mengambil tempat persis di samping Tuan James. Sepatu bootnya terlihat berdebu. Dia membenam pada tempat duduk, keletihan, seakan-akan dia datang dari tempat yang sangat jauh.
Dia memiliki tangan besar yang kotor dengan bulu keabu-abuan dan tulang yang terlihat pada permukaan kulit yang agak keriput.
Selama satu mil lebih, penumpang itu tidak berbicara. Kemudian tiba-tiba dia bertanya, “Apakah ada pesawat radio pada mobil ini?”
“Tidak ada.”
”Apa gunanya tombol itu?” Dia mulai memeriksa dashboard, “Dan itu?”
“Satunya adalah starter otomatis. Yang satunya lagi untuk menyalakan rokok. Tapi dua-duanya tidak berfungsi lagi.” Tuan James melanjutkan dengan perkataan yang agak tajam. “Jika kamu menumpang dengan harapan bisa mendengarkan radio dari mobil ini, saya kira ada baiknya saya menurunkan dan membiarkan anda mencoba keberuntungan dengan menghentikan mobil lainnya yang barangkali saja memiliki radio.”
“Ya, Tuhan, “ kata penumpang itu, terkejut. “Jangan salah sangka. Sebenarya aku benci dengan radio.”
“Kebetulan! Saya juga.”
“Tuan, sebenarnya Anda adalah satu-satunya orang yang paling baik di antara jutaan orang yang pernah saya temui. Saya merasa diri saya telah mendapatkan hak istimewa karena telah berkenalan dengan Anda,” kata laki-laki besar itu dengan penuh simpati.
“Terima kasih.” Kemudian Tuan James melanjutkan pembahasan tentang ketidaksukaannya pada radio:
“Penemuan atas radio itu adalah sesuatu yang menjengkelkan.”
Mata si penumpang bersinar dengan simpati yang bergairah.
“Radio memang busuk. Radio itu kejam.”
“Benar sekali.”
“Benar-benar kejam. Radio itu dibawa oleh setan untuk menghancurkan kita. Apakah Anda tahu bahwa radio bisa menyebarkan penyakit yang paling berbahaya?” tanya penumpang itu pada Tuan James.
“Saya tidak tahu. Tetapi jika Anda menceritakannya, saya akan benar-benar mempercayainya.”
“Radio bisa menyebabkan kanker, tuberculosis, polio, dan demam biasa. Saya telah membuktikannya.”
“Ya, ia juga bisa mengakibatkan sakit kepala,” sambut Tuan James.
“Tidak ada orang yang menderita sakit kepala yang teramat seperti yang pernah saya rasakan,” kata penumpang itu membenarkan, kemudian melanjutkan: “Orang-orang yang bekerja pada radio itu juga pernah mencoba mambunuh saya dengan mengirimkan sakit kepala. Tapi saya tidak bisa dibodohi begitu saja. Saya terlalu pintar untuk berurusan dengan mereka. Oh, ya. Ngomong-ngomong apakah anda tahu bahwa BBC itu punya polisi rahasia sendiri, penjara sendiri, dan ruang penyiksaan sendiri?”
“Sudah lama aku mencurigainya.”
“Saya tahu itu semua ada. Saya telah banyak pengalaman dengan mereka. Sekarang saatnyalah untuk kita membalas dendam.” Tuan james memandang sekilas, agak bingung pada penumpangnya dan menyetir lebih kencang lagi.
“Aku punya rencana,” lanjut orang besar itu. “Aku akan pergi ke London untuk mengeksekusi semua orang yang ada di BBC. Aku akan membunuh direktur jendralnya. Aku harus membunuh mereka semua.”
Mereka masih melaju, masih dalam diam. Mobil mulai mendekati daerah pinggiran kota ketika sebuah mobil besar yang dikemudikan oleh seorang perempuan menyalip mereka. Dari dalam mobil itu terdengar suara yang jelas dari lantunan musik jazz. Bokong penumpang itu bergeser-geser, tidak tenang pada kursinya kemudian menunjuk ke arah mobil tadi.
“Kau dengar itu?” katanya. “Dia punya radio, kejar dia, cepat.”
“Susah,” kata Tuan James. “Kita tidak akan bisa mengejar mobil besar itu.”
“Kita bisa coba. Kita harus coba, kecuali jika kamu memang tidak mau mengejarnya,” kata penumpang aneh itu dengan nada suara baru yang lebih sinis.
Tuan James terpaksa mempercepat laju mobilnya, tapi mobil besar itu hampir tidak terlihat lagi.
“Sebelumnya, saya telah ditipu. BBC mengirim salah satu mata-matanya. Dia sangat mirip dengan Anda. Pertama-tama, dia mengaku sebagai salah satu pengikut saya; dia mengatakan bahwa dia akan membawa saya dari kantor direktur jenderal ke tempat yang lebih menyenangkan. Tapi dia berbohong. Saya malah dijebloskan ke dalam penjara. Tapi itu dulu. Sekarang saya sudah tahu bagaimana cara menyikapi para mata-mata itu, yaitu dengan membunuh mereka.” Penumpang asing mengatakan itu sambil mendekatkan tubuhnya pada Tuan James.
“Aku bersumpah pada Anda, tuan yang mulia, Anda tidak mempunyai pendukung yang loyal lagi selain saya. Biarpun saat ini saya tidak bisa menyalip mobil perempuan itu, jangan kuatir, kita akan menemukannya di stasiun,” kata Tuan james dengan suara bergetar, ketakutan.”
Mereka telah mencapai kota, mendekati stasiun. Di pinggir jalan yang mereka lewati, beberapa orang polisi sedang dalam tugasnya. Tuan James melirik dengan keputusasaan pada polisi-polisi itu. Dia sempat memberikan tanda dengan jentikan jari yang asal saja tapi mereka tidak menangkap isyarat itu.
Mobil berhenti di pelataran parkir stasiun. Laki-laki misterius itu menebarkan pandangannya dengan tidak sabar. “Aku tidak melihat mobil itu,” katanya.
Tuan James mulai meraba-raba pada gagang pintu, dan sesaat kemudian ia pun jatuh terguling-guling.
“T olong!” teriaknya. ”Tolong! Ada orang gila di sini.”
Dengan teriakan kemarahan yang besar, laki-laki penumpang itu keluar juga dari mobil dan menyerang Tuan James.
Seketika itu juga tiga laki-laki dalam seragamnya berlari keluar dari arah pintu keluar masuk stasiun, menuju ke mobil Tuan James. Terjadi sedikit perkelahian. Kemudian dengan tangkas, mereka bisa mengikat laki-laki besar itu.
“Kami pikir, dia telah ada dalam kereta api,” ujar Komandan Polisi saat menghampiri Tuan James, yang untungnya tidak terluka sedikit pun. ”Anda telah menyetir mobil dengan perhitungan waktu yang baik, Pak. Hingga ketika tiba di sini kami masih sempat mendapatkan orang itu sebelum ia menumpang kereta api.”
Tuan James hampir tidak bisa berbicara. “Radio...,” bisiknya lemah.
“O, dia tentu telah berbincang dengan anda tentang itu, bukan? Saya harap Anda tidak setuju dengan apa saja yang dikatakannya tentang radio. Anda sangat beruntung ada di sini untuk memberitahukan kami keberadaannya. Radio, ya radio. Itulah yang selalu menjadi topik menarik baginya.” Setelah diam sebentar, polisi itu kembali bertanya, “Anda setuju dengan apa saja yang dia katakan tentang radio?”
“Tidak,” kata Tuan James dengan ketegasan yang bercampur keraguan. Dia diam sebentar kemudian melanjutkan, “Tapi sebenarnya, pertama-tama saya setuju dengan apa yang dia katakan karena saya belum tahu kalau dia itu gila.”
“Baiklah. Kami ucapkan selamat. Anda lebih beruntung dibanding beberapa yang telah jadi korbannya. Dia tidak bisa ditentang, terutama tentang radio. Ketika berbicara mengenai radio ia akan menjadi begitu liar. Itulah sebabnya mengapa dia membunuh dua orang dan melukai korban yang ketiga sesaat setelah dia lolos dari penjara. Banyak terima kasih telah membawanya kembali.”
Dalam perjalanan pulang, dengan lesu Tuan James mengendarai mobil pada jalan yang biasa dilewatinya menuju rumah.
”Mengapa?” tanya istrinya ketika dia baru masuk ke dalam rumah. ”Cepat sekali kamu perginya, mana parcelnya?”
”Aku lupa mengambilnya.”
”Ada apa denganmu? Mengapa kelihatan pucat begitu? Aku masuk dulu, memberitahukan Agnes untuk mematikan radionya. Dia tidak mendengar kamu datang.”
”Jangan,” kata Tuan James, sambil menghempaskan duduknya dengan berat pada sofa. ”Jangan matikan radionya.”
CATATAN :
Tentang Pengarang : Evelyn Waugh lahir di Hampstead, 28 Oktober 1903. Pendidikan formalnya di Universitas Oxford tak dirampungkannya. Namun dia kemudian menjadi seorang seniman Inggris yang serba bisa. Dia adalah seorang pengarang cerpen, novelis, script writer, sekaligus ahli grafis yang dikenal luas.
Cerpen ini diambil dari buku : Waugh, Everly.The Complete Short Stories and Selected Drawings. 1998. Everyman's Library: London. Hal 221-224. Diterjemahkan oleh Muhammad Rihardja, mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISOPOL) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Sumber dari : Majalah Sastra Horison ── Cerita Pendek, No. XXXVI / 6 / 2003
Gambar dari :PENCIL DRAWINGS OF WRITERS by JAMES GAIN