A friend in need is a friend indeed.
Ungkapan berbahasa Inggris ini kira-kira maksudnya mengingatkan kita tentang karakteristik orang yang bisa dijadikan teman "seperjalanan". Mengapa mesti mengetahui ciri-ciri seseorang yang akan kita jadikan "teman sejati" itu perlu?
Baiklah mari luangkan waktu sejenak untuk membicarakannya. Terkadang hidup itu tak selalu terasa "manis" dan "menyenangkan". Kesulitan atau pun musibah tanpa mampu kita duga bisa datang menghampiri. Adakalanya kita mesti minta pertolongan seorang teman karena mungkin untuk alasan tertentu kita belum mampu keluar dari permasalahan yang dihadapi.
Puji syukur seandainya teman yang dimintai bantuannya mau menolong serta-merta. Ia mungkin membantu karena alasan "ikatan persahabatan" yang dijalin dengan diri kita. Atau, mungkin saja kita dibantunya sebab ia merasa bagaimana seandainya bila dirinya yang mengalami kesulitan tersebut. Ada empati yang diberikannya pada diri kita sebagai sahabatnya. Teman yang demikian layak kita jaga dan pererat ikatan persahabatan dengannya.
Sebaliknya bagaimana bila ketika dimohon dengan sangat uluran tangan teman tersebut, tetapi ia malah menghindar, menampik, bahkan bersandiwara bahwa dirinya juga sedang terbelit gurita kesulitan. Alangkah kecewanya hati kita ketika mendapati seorang teman yang dimiliki, disangka bisa merasakan sedikit-banyak penderitaan yang kita alami ternyata menghindar dengan berbagai alasan, tak sudi membantu. Ia lebih memilih untuk mengutamakan keselamatan diri sendiri daripada terlibat keruwetan masalah. Bahkan, ia sampai hati berkata ketus:
"Itu 'kan derita lo! DL lah!"
"Itu 'kan derita lo! DL lah!"
Saya teringat kisah inspiratif yang bercerita tentang dua orang sahabat, Shie Wei dan Chen Xie. Suatu ketika mereka berjalan-jalan ke gunung. Tanpa mereka ketahui seekor beruang tiba-tiba mengendap-endap, lalu menghampirinya.
Shie Wei yang responsif dengan situasi darurat mengandung bahaya itu, cepat-cepat memanjat pohon. Ia lalu menyamarkan keberadaannya, menutupi diri dengan dedaunan. Ia pun luput dari incaran sang beruang yang ingin memangsanya.
Bagaimana dengan Chen Xie, si nasib malang yang ditinggalkan sahabatnya itu? Rupanya naluri untuk menyelamatkan diri menuntunnya berpura-pura mati.
Beruang tetap saja mendekat dan menghampirinya. Lalu, hewan itu mengendus dan menciuminya dari ujung kaki sampai kepala. Menyangka buruannya telah mati, sang pemangsa kehilangan selera dan meninggalkan Chen Xie tergeletak pasrah di tanah.
Dari atas pohon, Shie Wei mengamati prilaku beruang tadi. Ia juga melihat bahwa hewan itu sepertinya membisiki sahabat yang ditinggalkannya di bawah. Ia penasaran dan ingin tahu apa gerangan yang disampaikan beruang pada sahabatnya. Setelah keadaan aman, ia pun turun dan mau menanyakan langsung kepada Chen Xie.
"Apa yang dikatakan beruang tadi padamu, Chen Xie? Aku lihat hewan ganas itu membisikimu 'sesuatu', sebelum ia pergi membiarkanmu terbaring di atas tanah?"
Chen Xie sejenak memandangi wajah teman yang meninggalkannya karena "cari selamat sendiri" itu. Kemudian, ia berkata:
"Apa yang dikatakan beruang tadi padamu, Chen Xie? Aku lihat hewan ganas itu membisikimu 'sesuatu', sebelum ia pergi membiarkanmu terbaring di atas tanah?"
Chen Xie sejenak memandangi wajah teman yang meninggalkannya karena "cari selamat sendiri" itu. Kemudian, ia berkata:
"Ah, hanya hal biasa saja. Beruang itu cuma berpesan agar berhati-hati memilih teman. Katanya aku tak boleh bersahabat dengan seorang teman yang tega meninggalkan diriku saat mengalami kesulitan."
Seketika Shie Wei terdiam. Ia sadar bahwa dirinya telah bersalah meninggalkan dan membiarkan sahabatnya dalam keadaan bahaya.
Seketika Shie Wei terdiam. Ia sadar bahwa dirinya telah bersalah meninggalkan dan membiarkan sahabatnya dalam keadaan bahaya.
Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa sesungguhnya seorang teman sejati adalah orang yang bisa menjadi sandaran diri kita, tempat meminta pertolongan, dan menjadi andalan kita untuk mencari jalan keluar atas kesulitan yang tengah dialami.
Memang langka untuk mendapatkan jenis teman ideal seperti ini. Namun, ada tolok-ukur yang bisa dijadikan pedoman dengan melihat seberapa besar kepedulian seseorang untuk membantu kita saat tertimpa musibah atau seberapa jauh ia malah menghindari diri kita saat dibutuhkan.
William Shakespeares mengatakan, "Tidak ada kawan sejati Tidak ada musuh abadi. Yang ada hanya kepentingan pribadi yang abadi."
Meskipun demikian, orang yang menjalin persahabatan dengan kita atas dasar kesamaan kepentingan untuk saling berbagi dalam suka atau pun duka, saling membantu tanpa pamrih; niscaya akan melahirkan seorang teman sejati dan persahabatan indah yang kuat landasannya.
Banyak sekali orang yang bisa kita ajak tertawa dalam suasana bersuka-ria. Tetapi, bukankah sedikit sekali orang yang sudi diajak menangis?
(*) ilustrasi dari SINI