Air kuning pekat menggenang
jangan salah menerka:
itu bukan bekas tumpahan
kolam susu dari taman surga.
Jadi apa?
Jelas sisa siraman awan mendung
menyimpan beban terlalu berat
akhirnya tumpah ruah
di jantung kota resah,
di lubang-lubang jalan menganga.
Di sini,
ya, dimana lagi pastinya di sini:
yang terbuang
bukan cuma air kotor menggenang,
tapi juga tubuh-tubuh ringkih,
juga muka-muka kusam,
juga tatapan suram.
Orang papa
terbiasa merasa nestapa:
pasrah terjarah,
bertebaran
mencari sandaran
bersimbah nelangsa
hidup dengan terpaksa:
berumah di emperan,
di kolong jembatan,
di lapak bekas jualan
di halte-halte depan perkantoran.
Duduk meringkuk
dengan lutut dipeluk,
dengan sorot mata menerawang
dengan lirih yang mengalirkan
sisa-sisa hujan
melagukan
ratapan di jalanan.
Other Links
Popular Posts
-
Sekilas Tentang Yiruma Yiruma , Pianis berkebangsaan Korea Selatan ini cukup dikenal dunia musik internasional berkat kepiawaiannya m...
-
Yudhistira A.N.M Massardi, seorang sastrawan yang terkenal dengan gaya penulisannya yang "menyentil" melalui humor-humor segar. ...
-
Jika Anda mendengar musik instrumental karya musisi Jepang ini, jangan heran ketika Anda seolah merasa berada di lain tempat yang mungki...
Categories
Anekdot
(6)
Bahasa
(5)
catatan
(23)
cermin
(20)
cerpen
(100)
download
(15)
English Poems
(2)
esei
(37)
esei kesusasteraan
(26)
Esei Psikologi
(1)
Film
(5)
kliping
(30)
musik
(30)
Opini Pribadi
(26)
puisi
(68)
Raja Ali Haji
(1)
tips
(32)
Trik
(17)
true_story
(2)
unik
(4)
wisewords
(6)
0 komentar:
Posting Komentar