Lantas, apa yang menyebabkan perbedaan ‘personality’ yang menjadi ciri khas diri seseorang? Tentu kita bertanya-tanya, bukan?
Henry Murray menerangkan faktor utama yang menyebabkan hal ini sebagai ‘Psychogenic Needs’ yakni kebutuhan-kebutuhan paling mendasar yang ada dalam diri seorang individu. Berikut beliau uraikan seperti yang disusun dibawah ini:
1. Abasement: To surrender and accept punishment
2. Achievement: To overcome obstacles and succeed
3. Acquisition (Conservance): To obtain possessions
4. Affiliation: To make associations and friendships
5. Aggression: To injure others
6. Autonomy: To resist others and stand strong
7. Blameavoidance: To avoid blame and obey the rules
8. Construction: To build or create
9. Contrariance: To be unique
10. Counteraction: To defend honor
11. Defendance: To justify actions
12. Deference: To follow a superior, to serve
13. Dominance (Power): To control and lead others
14. Exhibition: To attract attention
15. Exposition: To provide information, educate
16. Harmavoidance: To avoid pain
17. Infavoidance: To avoid failure, shame, or to conceal a weakness
18. Nurturance: To protect the helpless
19. Order: To arrange, organize, and be precise
20. Play: To relieve tension, have fun, or relax
21. Recognition: To gain approval and social status
22. Rejection: To exclude another
23. Sentience: To enjoy sensuous impressions
24. Sex (Erotic): To form and enjoy an erotic relationship
25. Similance: To empathize
26. Succorance: To seek protection or sympathy
27. Understanding (Cognizance): To analyze and experience, to seek knowledge
───►
1. ‘Abasement’ merujuk pada kondisi diri yang pasrah, dan mau menerima sangsi karena sesuatu hal di luar kemampuan personalnya.
2. ‘Achievement’ merujuk pada sikap dan prilaku yang ingin meraih keunggulan, mampu mengatasi rintangan.
3. ‘Acquisition’ merujuk pada sikap dan prilaku yang ingin mendapat ‘hak milik’.
4. ‘Affiliation’ merujuk pada sikap dan prilaku yang bersedia bekerja sama dengan orang lain, menjalin persahabatan demi memenuhi kebutuhan sosialisasi diri.
5. ‘Aggression’ merujuk pada sikap dan prilaku yang ‘gemar’ menyakiti orang lain. Hal ini sebagai kompensasi pengalaman hidup masa kecil yang mungkin pernah diperlakukan secara kasar oleh lingkungan terdekatnya. Orang yang memiliki kebutuhan kepribadian ‘tiada hari tanpa menyakiti orang lain’ ini sangat berbahaya dan ‘anti-social’.
6. ‘Autonomy’ merujuk pada sikap dan prilaku ‘menolak’ bantuan yang ditawarkan orang lain karena merasa mampu ‘mandiri’ (makan, mandi, mencuci baju sendiri, hehehe…)
7. ‘Blameavoidance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat kesalahan (perfeksionis) dan sangat patuh terhadap peraturan yang dikenakan padanya (padahal ‘peraturan’ dibuat untuk dilanggar, bukan? Hehehe…)
8. ‘Construction’ merujuk pada sikap dan prilaku yang penuh daya cipta. Orang bertipe kepribadian seperti ini layak didekati sebab ia sangat kreatif.
9. ‘Contrariance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang ingin ‘tampil beda’ dari orang lain. Orang bertipe kepribadian seperti ini seringkali menunjukkan kelakuan yang unik dan tidak lazim bagi kebanyakan orang.
10. ‘Counteraction’ merujuk pada sikap dan prilaku yang sering ‘frontal’ menanggapi keadaan yang tak sesuai dengan keinginan dan prinsip dirinya. Hal ini ia lakukan demi mempertahankan kehormatan dirinya: menurut pandangan pribadinya bila ia ‘tak melawan’ tekanan yang dialaminya di lingkungan terdekat, maka orang-orang di sekelilingnya akan bersikap makin ‘ngelunjak’ alias ‘semena-mena waka-waka ee, ee..” (hehehe…)
11. ‘Defendance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang cenderung ‘membenarkan tiap tindakan.’ Orang yang bertipe dengan kebutuhan kepribadian seperti ini seringkali kita temukan bersikap ‘ngeyel alias mencari dalil untuk memperkuat alasan dari sesuatu yang telah / sedang / akan dikerjakannya.
12. ‘Deference’ merujuk pada sikap dan prilaku yang patuh terhadap kekuasaan yang lebih tinggi, memposisikan diri senantiasa untuk melayani. Orang berkebutuhan dasar tipe kepribadian ini sangat cocok untuk dijadikan ‘orang kepercayaan’ sebab dalam dirinya tak pernah ada ‘drive’ untuk mengungguli orang yang dilayaninya.
13. ‘Dominance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang cenderung ingin menguasai, menunjukkan peran diri yang dominan di lingkungan sosial terdekat, dan senantiasa ingin diposisikan sebagai ‘pemimpin’, penyakit jiwa dari orang seperti ini dalam tingkat ekstrim sering diistilahkan dengan ‘Megalomania’ (ini dari sudut pandang negatif). Namun, dari sudut pandang positif, ia bisa ditempatkan pada posisi pemimpin karena ia akan dengan semaksimal mungkin mengerahkan segenap kemampuan demi menegaskan pada orang lain bahwa mereka tak salah pilih.
14. ‘Exhibition’ merujuk pada sikap dan prilaku yang mengarah pada pola tindakan mencari perhatian orang-orang di lingkungan sosialnya. Ia tak segan-segan bertingkah-polah ‘ganjil’ atau pun memamerkan segala yang ia miliki demi tujuan mendapat perhatian besar. Orang dengan tipe kebutuhan psikologis dasar ‘pamer’ ini seringkali merasa kecewa bila perhatian yang ia dapat sangat bersifat temporer / sementara. Untuk mengatasi ini ia akan menampilkan dirinya lebih ‘attraktif’ lagi yang bisa jadi tampak sangat ‘norak’ dalam pandangan kebanyakan orang.
15. ‘Exposition’ merujuk pada sikap dan prilaku yang selalu ingin berbagi apa pun yang diketahuinya, berkeinginan untuk mengedukasi / mendidik orang lain. Dari sudut pandang positif, ia bisa dijadikan ‘ensiklopedia hidup yang murah hati.’ Namun dari sudut pandang negatif, ia sering tampak ingin menggurui.
16. ‘Harmavoidance’ merujuk pada sikap dan prilaku takut pada resiko kegagalan. Orang bertipe kepribadian seperti ini seringkali punya sikap ‘pesimistis’ atau ‘menyerah kalah sebelum mencoba’. Ini disebabkan masa kecil dan orang-orang di lingkungan sosial terkininya tidak mendukung dan cenderung memberikan visualisasi ramalan kegagalan untuk tindakan yang sedang ia rencanakan.
17. ‘Infavoidance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang hampir sama dengan orang berkebutuhan dasar psikologis ‘Harmavoidance’. Tapi, tipe ini lebih buruk lagi karena ia akan menyembunyikan kelemahan dirinya dengan pernyataan sikap ‘bisa saya kerjakan’ walaupn nanti pada kenyataannya hasil dari pekerjaan yang dilakukannya sama sekali tak bisa dipandang baik, sebab ia tak mampu melaksanakannya bahkan tak tahu cara mengerjakannya.
18. ‘Nurturance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang peka pada penderitaan orang lain di lingkungan sosialnya. Ia bisa bertindak di luar pertimbangan akal sehat demi membantu orang yang menurut konsepsi pemikirannya sebagai ‘mereka yang tertindas’. Misal, ketika membantu orang lain dirinya kerapkali lupa diri untuk menyisakan sedikit yang dmilikinya untuk dipakai sebagai penunjang kebutuhan sehari-harinya.
19. ‘Order’ merujuk pada sikap dan prilaku yang sangat teratur, penuh perencanaan, dan selalu ingin berada dalam jalur yang benar ketika melakukan suatu pekerjaan. Misal, sewaktu mau mandi pagi ia akan menata apa saja yang dibutuhkannya dalam kegiatan mandi pagi itu. Mulai dari handuk yang diletakkan di samping sikat gigi, sabun mandi, shampo, pasta gigi dan pembersih bau mulut. Dalam dunia professional, orang bertipe seperti ini layak diposisikan sebagai ‘analis’ karena ia sangat teliti.
20. ‘Play’ merujuk pada sikap dan prilaku yang suka bergurau, tak pernah memandang suatu persoalan dengan serius, seringkali ingin melepaskan diri dari tekanan lingkungan sosial yang dialaminya, sangat menyukai ‘suasana hati ringan / santai’. Orang dengan tipe berkebutuhan dasar psikologis seperti adalah hasil bentukan masa kecil dalam suatu lingkungan sosial terdekatnya yang cenderung ‘kaku’ dan ‘membebani mental’. Sehingga ketika ia dewasa, sikap yang ditunjukkannya adalah ‘playful’. Dalam dunia professional, orang seperti ini cocok memilih karier dalam dunia hiburan.
21. ‘Recognition’ merujuk pada sikap dan prilaku yang senantiasa ingin memproleh dukungan dari orang lain di lingkungan sosial terdekatnya. Berkaitan dengan upaya memperoleh ‘social status’ ketika ia berada dalam kemapanan ekonomis, maka seringkali menonjolkan kelebihan materinya demi meraih penghargaan lingkungan sosial terdekat sebagai ‘orang berada’. Hipotesa yang terbukti dengan tipe kepribadian yang berkebutuhan dasar ‘Pengakuan’ ini menerangkan suatu keadaan masa lalu yang getir pernah ia alami sehingga menjadi orang yang minder. Karenanya, orang bertipe seperti ini juga sangat pamer.
22. ‘Rejection’ merujuk pada sikap dan prilaku yang sering membuat pengecualian dan pengabaian peran serta orang lain di lingkungan sosial terdekatnya. Lagi-lagi hipotesa yang terbukti melalui berbagai penelitian sehubungan dengan orang bertipe seperti ini menerangkan dirinya yang pernah mengalami ‘diskriminasi’ dalam lingkungan sosial masa kecil.
23. ‘Sentience’ merujuk pada sikap dan prilaku yang suka menikmati sensasi dari kesan yang didapat melalui pengetahuan indrawi. Bila ia seorang ‘adventurer’ maka ia seringkali melakukan petualangan ke wilayah-wilayah yang menyajikan pemandangan alam yang indah. Hipotesa yang terbukti menerangkan bahwa orang seperti ini pernah mengalami masa lalu yang suasana lingkungan sosialnya yang asri dan menyejukkan. Juga orang seperti ini ingin melepaskan kejenuhan dari suasana terkini yang mungkin ‘monoton, sumpek dan membosankan.’ Pada diri orang yang bertipe kebutuhan psikologis dasar gabungan ‘erotic’, diri orang tersebut ‘mata-keranjang’ karena ia suka melayangkan lamunan tentang sensasi pengalaman seks erotis terhadap lelaki / wanita yang mungkin sama sekali belum ia pahami kediriannya.
24. ‘Erotic’ merujuk pada sikap dan prilaku yang gemar menjalin hubungan intim dengan orang lain demi merasakan kenikmatan seksual. Tipe orang dengan kebutuhan dasar ‘erotic’ tentu saja tak pernah mengabaikan pesona ‘jidat licin’. Dalam tingkat ekstrim, penyimpangan kejiwaan yang dialami orang seperti ini mengarah pada prilaku seks bebas dan ‘Hypersexual’.
25. ‘Similance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang mudah berempati pada keadaan orang lain, yang menurut pandangan pribadinya sebagai ‘mereka yang kurang beruntung’ dibanding keadaan dirinya.
26. ‘Succorance’ merujuk pada sikap dan prilaku yang selalu merasa ‘terancam dan teraniaya’ sehingga orang bertipe kebutuhan psikologis dasar seperti ini sering mencari-cari naungan / tempat curahan perasaan hatinya kepada orang lain yang dipercayainya di lingkungan sosial terdekat. Hipotesa yang terbukti sehubungan dengan ini menerangkan orang yang ‘Succorance’ masa kecilnya sering mengalami gangguan yang didapat di lingkungan sosial terdekat, juga pernah mengalami keadaan traumatis terkini atau pernah dialami dari siksa mental akibat pengkhianatan kepercayaan yang diberikannya. Pada tingkat ekstrim, orang seperti ini akan mengalami penyimpangan jiwa yang kita kenal dengan istilah ‘Phobia’ dan ‘Paranoia’.
27. ‘Understanding’ merujuk pada sikap dan prilaku yang haus akan pemahaman dan ilmu pengetahuan. Orang dengan tipe kebutuhan psikologis dasar seperti ini sering tersiksa dengan ‘curiosity’ atau rasa penasaran yang luar biasa besar. Dari hasil penelitian diketahui yang bertipe ‘understanding’ selalu menganalisa apa pun yang dialaminya, bahkan hal yang remeh sekali pun, semisal bagaimana ‘kentut yang tak berbunyi nyaring’ mampu merontokkan bulu hidung dan melubangi gelambir-gelambir paru-paru. Sedangkan ‘kentut yang berbunyi nyaring dan merepet’ hanya mampu merusak gendang telinga saja. Ia akan selidiki hal ini! Sebab sudah menjadi semacam kebutuhan untuk menguak fenomenanya. Dari sudut pandang positif, orang bertipe ‘understanding’ punya bakat besar sebagai ‘scientist’.