Monolog Perjalanan
: aku bangunan hidup fisik
: ku kini telah terusik
: berniat mencari cerah mentari
: maka aku di lempang jalan ini
: jalan yang panjang dan sunyi
: seorang diri, bergemuruh dadaku kini
: menyeret kakiku yang bertelapak darah
: tiap jengkal ku melangkah di atas tanah reka
: lirihku bercakap-cakap dengan perih
: ketika kujejakkan langkah-langkah tertatih
: tanya menggelegak ruang hati
: siapakah kiranya sejawatku lagi
: biar bisa kubercengkerama melewati murung
: saat menempuh ini setapak yang tiada berujung
: atau setidaknya bersedia disiram peluh
: tersengat panas memanggang sekujur kulit tubuh
: untuk kembara dalam kesadaran diri penuh
: di bawah anugerah cahaya perak mentari
: ah, tak pantas kubertanya juga berkehendak liar
: mendengar seluruh hasrat yang gusar
: sebab kutahu hanya niat suci
: kembali pada fitrah suci insani
: sahabat perjalananku yang setia menemani
: hingga titah Sang Waktu Hakim Yang Agung mengakhiri
: cerita hidup pada ini diri
PUISI | 01 November 2011 | 22:01
: aku bangunan hidup fisik
: ku kini telah terusik
: berniat mencari cerah mentari
: maka aku di lempang jalan ini
: jalan yang panjang dan sunyi
: seorang diri, bergemuruh dadaku kini
: menyeret kakiku yang bertelapak darah
: tiap jengkal ku melangkah di atas tanah reka
: lirihku bercakap-cakap dengan perih
: ketika kujejakkan langkah-langkah tertatih
: tanya menggelegak ruang hati
: siapakah kiranya sejawatku lagi
: biar bisa kubercengkerama melewati murung
: saat menempuh ini setapak yang tiada berujung
: atau setidaknya bersedia disiram peluh
: tersengat panas memanggang sekujur kulit tubuh
: untuk kembara dalam kesadaran diri penuh
: di bawah anugerah cahaya perak mentari
: ah, tak pantas kubertanya juga berkehendak liar
: mendengar seluruh hasrat yang gusar
: sebab kutahu hanya niat suci
: kembali pada fitrah suci insani
: sahabat perjalananku yang setia menemani
: hingga titah Sang Waktu Hakim Yang Agung mengakhiri
: cerita hidup pada ini diri
PUISI | 01 November 2011 | 22:01
0 komentar:
Posting Komentar