Kita duduk di sini.
Pasrah dirayu lembab semilir Oktober basah.
Kau bertanya padaku tentang bulan Sabit
Heran - takjub menangkup sebentuk lengkung seperti jarum sunat.
Aku mencoba sederhana,
menerangkan ini fenomena,
luar biasa mempesona:
“Penyihir jahat bergelayut di bulan lengkung,
kakinya menjuntai-juntai menggantung.
Ia selalu riang bersenandung,
sebentar lagi sihir jahatnya datang mengepung.”
“Lalu, apa yang mesti kita lakukan?” tanyamu ingin dituntun.
“Mari masuk ke kamar, sayang, kita berlindung dalam selaksa do’a yang beruntun.”
Semoga bulan Sabit berubah bulat sempurna,
dan penyihir jahat pindah bersemayam di Laguna.
Malam tenang..
Lepas gairah, tuntas dalam romansa melayang:
bergelung tubuh, berkeringat mengejar surga di depan terbentang.
FIKSI | 26 October 2011 | 23:28
Pasrah dirayu lembab semilir Oktober basah.
Kau bertanya padaku tentang bulan Sabit
Heran - takjub menangkup sebentuk lengkung seperti jarum sunat.
Aku mencoba sederhana,
menerangkan ini fenomena,
luar biasa mempesona:
“Penyihir jahat bergelayut di bulan lengkung,
kakinya menjuntai-juntai menggantung.
Ia selalu riang bersenandung,
sebentar lagi sihir jahatnya datang mengepung.”
“Lalu, apa yang mesti kita lakukan?” tanyamu ingin dituntun.
“Mari masuk ke kamar, sayang, kita berlindung dalam selaksa do’a yang beruntun.”
Semoga bulan Sabit berubah bulat sempurna,
dan penyihir jahat pindah bersemayam di Laguna.
Malam tenang..
Lepas gairah, tuntas dalam romansa melayang:
bergelung tubuh, berkeringat mengejar surga di depan terbentang.
FIKSI | 26 October 2011 | 23:28