Minggu, 07 Oktober 2012

 

Sajak Sikat Gigi Karya Yudhistira A.N.M Massardi

Yudhistira A.N.M Massardi, seorang sastrawan yang terkenal dengan gaya penulisannya yang "menyentil" melalui humor-humor segar.

Mari simak salah satu karya hasil olah kegiatan berkeseniannya yang kreatif berikut ini:


Yudhistira A.N.M Massardi, sajak sikat gigi

SAJAK SIKAT GIGI

Karya Yudhistira  A.N.M Massardi


Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan

(1976)

Kumpulan Puisi Sajak Sikat Gigi



APRESIASI SINGKAT:

Puisi tidak hanya dapat melukiskan warna emosi tertentu yang lazimnya ditemui dan terungkap seperti perasaan sedih dan gembira, cinta dan kasih sayang melalui ekspresi puitik dan simbolisasi. Ia juga ternyata mampu menghadirkan suasana segar, membuat pembaca merasa terhibur melalui humor dan kelucuan yang menggelitik hati sebagaimana yang terkesan dalam Sajak Sikat Gigi salah satu karya Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi yang termuat dalam buku Kumpulan Puisi - Sajak Sikat Gigi (1976).

Permainan logika kekanakan yang lugu (pembaca seperti menyaksikan seorang anak yang bertualang dalam tanya dan penasaran, lalu menyimpulkan sendiri kenyataan yang membuatnya tak habis bertanya) dan seolah-oleh ingin mengungkapkan kepolosan, langsung tanpa riasan kata-kata pelik bersayap yang biasanya ditemui dalam puisi. Namun, karya penyair ternama ini tetap menyampaikan amanat puisinya yang cukup dalam.

Tema puisi ini mengangkat masalah "bias pikiran akibat alam khayal yang masih melekat".

/ Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur //
/ Di dalam tidurnya ia bermimpi //
/ Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka //

Baris pertamanya dalam bait I menyiratkan makna "khilaf", melewati suatu kebiasaan sehari-hari yang kerapkali dilakukan si-aku lirik (menggosok gigi sebelum tidur).

Baris kedua dan ketiga sengaja diarahkan penyair untuk mengungkapkan akibat dari sebab "kealpaan" menjalankan kebiasaan tersebut (aku lirik mengalami mimpi bahwa ada sebuah sikat gigi memaksa mulutnya supaya menganga terbuka).

Bait pertama ini secara tak langsung seakan ingin menjungkir-balikkan pendapat tentang "mimpi sebagai melulu firasat".  Hal ini bisa dilihat dari kesengajaan penyair yang menyajikan gaya penulisan lugas, tanpa banyak majas yang mengkiaskan makna tiap kata-kata. Ia langsung menyampaikan pandangannya tentang mimpi sebagai mosaik-mosaik pengalaman di realitas yang masih terbawa tidur.

Memang ada sebuah teori psikoanalisa yang memaparkan bahwa mimpi adalah perwujudan kehendak bawah sadar, yang mana tak terlaksana dan terpendam karena faktor-faktor tertentu telah menghalangi seorang individu untuk merealisasikannya. Mimpi adalah kompensasi (pelampiasan) dari keinginan individual terdalam yang tertunda.


Pada baris-baris dalam bait ke II,

/ Ketika ia bangun pagi hari //
/ Sikat giginya tinggal sepotong //
/ Sepotong yang hilang itu agaknya //
/ Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali //


Apa maksud penyair melukiskan imaji si aku-lirik yang menyimpulkan pengalaman mimpinya dalam bait kedua ini?

Ada upaya untuk menegaskan dan menguatkan argumennya dalam bait pertama, yakni mimpi sebagai kompensasi. Penyair cenderung mau mengungkapkan bahwa dampak dari mimpi kompensasional tersebut adalah pembentukan kesadaran baru yang bertendensi untuk menafsirkankan makna dari peristiwa di alam mimpi. Di sini penyair sepertinya mengarahkan pembaca ke dalam situasi penafsiran yang bersifat menyimpulkan sendiri mengenai arti "mimpi" itu ─ Apa pendapat Anda mengenai mimpi? Benarkah ia firasat sebagaimana selama ini dipercaya banyak orang?

Tersirat juga kesan bahwa penyair ingin memaparkan konsepsinya sendiri tentang hubungan antara "gagasan /pikiran" dengan "imaji" sebagai objek kesadaran baru. Ada upaya membandingkan pengalaman mimpi yang masih diingat (imaji visual yang terbawa) si aku-lirik dengan benda konkrit di realitas.

/ Ketika ia bangun pagi hari //
/ Sikat giginya tinggal sepotong //

Dua baris ini menyatakan bahwa aku-lirik telah memulihkan dirinya sendiri dengan kesadaran baru masuk ke dalam realitas faktual. Apa yang terjadi? Ternyata si aku-lirik kaget bukan main ketika menemukan "kenyataan fiksional / alam khayali" yang dialaminya dalam mimpi hadir di alam nyata dengan bentuk yang serupa persis (sikat gigi yang tinggal sepotong, yang di dalam mimpi berperan memaksa mulutnya menganga).

Apa yang tersirat dari hal ini? Suatu konsepsi tentang imajinasi dengan citra-citranya yang khusus adalah wujud pikiran yang setengah konkrit (dunia serba-mungkin). Sebuah penjelasan tentang imajinasi sebagai bias dari pengalaman empirik tertentu yang mana dipersepsikan kembali oleh seseorang (diwakili oleh aku-lirik). Lalu, setelah melewati proses mempersepsikan ulang tadi, si individu (aku-lirik puisi) mencoba menarik kesimpulan sendiri yang bersifat subjektif:

/ Sepotong yang hilang itu agaknya //
/ Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali //

Hal ini diperkuat dengan bait terakhir yang hanya terdiri satu baris:

/ Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan //

Baris ini merujuk pada konotasi pengertian tentang imajinasi yang menciptakan "tiruan kenyataan sebenarnya" itu adalah sebentuk citra hasil olah persepsi kembali dari pengalaman empirik. Mengenai keabsahannya sebagai wujud gagasan yang rasional, tentu imajinasi memiliki bias dalam artian bisa "sama seperti kenyataan sebenarnya tapi bisa juga melampauinya" karena menciptakan sebuah kenyataan baru (kenyataan fiksional) dan (itu terlalu berlebih-lebihan) jika sedemikian dalam merasuki jiwa.

Amanat yang terkandung dalam puisi ini sepertinya ingin mengarahkan khalayak pembaca agar mampu membedakan apa saja hal / sesuatu yang bisa bersepadan dengan kenyataan sebenarnya, dan apa saja yang malah bersifat kontradiktif dengan realitas faktual sehingga menyebabkan suatu pandangan yang "lebayistis". 

Demikian apresiasi singkat untuk Sajak Sikat Gigi karya Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi yang bisa saya tulis. Tentu saja masih banyak kekurangan dari tulisan sederhana ini. Karenanya, masukan dan kritik dari Anda untuk melengkapi sungguh sangat berarti. Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat untuk Anda. Salam sastra dan kreativitas dari saya. (M.I)




1. Potret diri Penyair  Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi diambil dari SINI

2. Gambar Sampul Depan Buku Kumpulan Puisi Sajak Sikat Gigi diambil dari SINI
Share: