Kamis, 11 Oktober 2012

 

Maksimalkan Potensi Dirimu

<h1> Maksimalkan Potensi Dirimu</h1>

"... kehidupan adalah nama lain dari berkembang." - Muhammad Iqbal



Muhammad Iqbal, Karya Sastra Muhammad Iqbal, The Abstract Painting


Sesungguhnya setiap orang memandang kehidupan sejalan dengan pengalaman keseharian yang ia resapi. Apa yang dialaminya, seberapa kuat dirinya bangkit setelah jatuh terpuruk; maka bisa dilihat apa bentuk sikap dan sudut pandangnya terhadap kehidupan yang ia alami.

Seseorang akan merasa resah, tak tenang akibat berbagai kesulitan hidup yang merongrong jiwanya. Tetapi, anehnya ia tak berupaya semaksimal mungkin untuk melepaskan dirinya dari dera akibat persoalan tersebut.

Lantas tanpa disadari muncullah sikap pesimis, menyerah begitu saja dan membiarkan diri terombang-ambing dalam gelombang ketikdak-pastian arah hidup.

"Mengapa derita ini tak kunjung berakhir?" keluhnya dengan nada melankolis. Apa konsekuensi dari sikap seperti ini? Tumbuh sikap pasrah sebagai kesimpulan akhir dari ketidak-berdayaan melawan getirnya penderitaan itu. Dan, ia lalu berkata:

"Hanya kematian yang bisa menyelamatkan diriku kini," akalnya menumpul dan ia mengikuti saja kesyahduan yang tak perlu, yang merupakan suara dari keputusaannya.

Pada lain kesempatan, seorang yang lainnya lagi tampak begitu bersemangat menjalani kehidupan. Ia bak pucuk-pucuk hijau dedaunan yang rakus melahap cahaya mentari. Hari-hari yang dilalui senantiasa memancar keceriaan. Itu karena ia berkeinginan besar untuk terus tumbuh demi kelangsungan dirinya, agar dapat hidup dengan semestinya di dalam kehidupan itu sendiri. Dirinya penuh energi yang membuatnya tampak bergairah. Ia begitu optimis dan memandang segala sesuatu yang ada di kehidupan tak lain hanya untuk menambah kecemerlangan sinar berkah dari langit yang tertumpah untuk dirinya.

Rintangan tentu saja juga ia alami. Dalam mewujudkan apa yang ia inginkan, terkadang ia mesti jatuh-bangun, tersungkur tapi berlari lagi agar selangkah pun ia tak ketinggalan dalam perjalanannya menggapai cita-cita mulia. Ia tak mau surut karena pernah mengalami betapa sakitnya ketika terjatuh. Bersamaan dengan terlatihnya jiwa yang menggerakkan tubuh fisiknya agar senantiasa kuat menghadapi berbagai rintangan itu, ia pun berani berkata:

"Kehidupan adalah keindahan dari bunga-bunga mekar di taman jiwaku yang ingin terus berkembang. Sekalipun ia mekar di tengah belukar menyemak dan bermaksud merusak keindahan taman jiwaku, maka aku akan tetap memancarkan gairah bertumbuh demi menjaga bunga-bunga indah mekar di taman jiwaku melepaskan pesonanya. Sehingga aku yakin keliaran belukar yang ingin merusaknya akan sirna seketika."

Lihatlah dengan seksama! Sikap optimis dan selalu ingin mengembangkan kemampuan diri tentu akan membuat seseorang tak pernah menyerah begitu saja terhadap kesulitan yang dialami. Bila satu cara yang ditempuh tak mampu melepaskan dirinya dari sebuah persoalan yang menghampiri, maka ia akan menyiapkan cara yang lainnya lagi sampai berhasil, tiba pada pemahaman jernih bahwa tak ada apa pun yang tak bisa diurai kekusutannya. Ia begitu sadar bahwa kehidupan adalah upaya maksimal untuk mengembangkan kemampuan diri. Sebab, ia memahami bahwa kebahagiaan ataupun penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan itu sangatlah relatif. Keduanya tergantung dari kemauan untuk tetap "eksis" di berbagai kondisi yang melingkupi.

Jadi, tentunya kehidupan yang bahagia tercipta dari upaya seseorang untuk meraihnya. Sebaliknya, kehidupan seseorang yang mungkin tampak serupa dengan "ranjang berduri" penuh dengan penderitaan, hal ini tentunya adalah sikap hidupnya yang tak mau melawan dera kesulitan, berpasrah-ria dengan apa yang menyulitkannya sampai menimbulkan keputusaan sendu yang tak perlu.

Terakhir sebagai penutup, mari kita tetap menjaga diri kita sendiri dari hasutan bodoh sikap menyerah kalah, dan berupaya semaksimal mungkin mengembangkan potensi diri supaya tetap mampu menghidangkan "kue kebahagiaan nan manis" itu untuk bisa dikecap lidah jiwa. Sebagaimana pesan yang diamanatkan penyair besar Muhammad Iqbal dalam alegorinya berjudul ESENSI KEHIDUPAN:


Suatu malam, sambil mencurahkan hujan, awan berkata:

"Kehidupan seperti hujan, yaitu sebuah proses pencurahan yang terus-menerus."

Sambil memancarkan cahaya, kilat berkata:

"Tidak, kehidupan adalah sebuah nama bagi yang berkilauan."

Dialog ini terdengar sampai ke taman. Embun menoleh dan berkata:

"Ya, kehidupan adalah tangisan yang terus menerus."

Tetapi bunga yang sedang berkembang berkata:

"Tidak, kehidupan adalah nama lain dari berkembang."




Share: