Senin, 02 Juli 2012

 

Cerpen PATRICIA HIGHSMITH : Orang-orangan pengusir burung

ilustrasi+1.jpg

Orang-orangan pengusir burung

Oleh PATRICIA HIGHSMITH


Hampir sepanjang hidupnya Edward (Skip) Skipperton marah-marah. Sebagai kanak-kanak ia sering mengamuk. Setelah dewasa ia tak sabar menghadapi kelambanan, kedunguan atau ketidakefisienan.

Sekarang umur Skip 52 tahun. Istrinya meninggalkannya dua tahun yang lalu, karena tidak tahan lagi menghadapi suami yang sebentar-sebentar naik pitam. Kini istrinya sudah menikah lagi dengan seorang guru besar dari Boston yang sifatnya adem ayem. Skip, dengan pertolongan sejumlah pengacara pandai, berhasil merebut putrinya yang kini berumur 17 tahun, Margaret.


Niatnya selalu terlaksana

ilustrasi+2.jpg

Beberapa bulan setelah bercerai, Skip mengalami serangan jantung dan stroke yang melumpuhkan sebelah tubuhnya. Namun, enam bulan kemudian kesehatannya sudah pulih kembali.

"Mukjizat," kata para dokter. Dokter ahli jantungnya memberi peringatan, "Skip, ini masalah hidup dan mati. Kalau kau tidak meninggalkan rokok dan minuman keras mulai hari ini, kau tidak bakal merayakan ulang tahunmu yang berikutnya." Sementara itu dokter umum langganannya berkata, "Kau mesti ingat kepada Margaret. Lebih baik kau pensiun, Skip. Kau 'kan sudah mempunyai banyak uang. Untuk orang yang sifatnya sepertimu, pekerjaanmu tidak cocok, walaupun kau sukses. Sekarang yang penting 'kan menyelamatkan sisa hidupmu. Kenapa kau tidak bertani saja?”

Skipperton adalah penasihat manajemen. Di belakang layar bisnis besar, ia orang beken. Ia bekerja sebagai tenaga lepas. Kalau ada perusahaan yang ibaratnya sudah di bibir jurang, buru-buru Skip dipanggil. Ia akan merombak organisasi, mengadakan pembaruan, dan memecat-mecati orang. Memenuhi saran doktemya, Skip membeli Coldstream Heights di Maine, yaitu sebuah tanah pertanian seluas 3,5 ha dengan rumah pertanian modern. Ia menggaji seorang penduduk setempat, Andy Humbert, untuk tinggal di sebuah rumah kecil di sana dan menggarap tanahnya. Skip juga membeli sebagian mesin pertanian dari pemilik semula, karena ia tak berniat menjadi petani sepenuhnya. Lagi pula para dokter cuma ingin ia mendapat kesempatan untuk menggerakkan badannya secara memadai, bukan menjadi petani sungguhan. Mereka tahu Skip tidak bisa tiba-tiba memutuskan semua ikatannya dengan perusahaan-perusahaan yang pernah ditolongnya. Skip harus sekali-sekali terbang ke Chicago atau Dallas. Cuma resminya kini ia pensiun.

Margaret pun dipindahkan sekolahnya, dari New York ke sekolah berasrama di Swis. Skip kenal dan senang pada Swis. Ia memiliki simpanan di bank setempat. 

Skip benar-benar berhenti merokok dan minum minuman keras. Para dokternya kagum pada kekuatan tekadnya. Bukan Skip namanya kalau ia tidak mampu melaksanakan apa yang diniatkannya.

Segalanya berjalan dengan mulus di tanah pertanian. Bahkan Margaret pun merasa betah di Swis. Cuma ada satu ganjalan di hati Skip. Ia ingin bisa memancing di tanahnya, tetapi tanahnya tidak memiliki sungai. Padahal tanah tetangganya di sebelah utara memiliki sungai kecil. Letak sungai itu tidak jauh dari perbatasan tanah mereka. Sebelum membeli Coldstream Heights, makelar tanah sudah memperingatkan Skip agar jangan sekali-kali memancing di sungai tetangganya, karena tetangganya itu, Peter Frosby, tidak senang sungainya dipancing orang lain.

Tak semua bisa dibeli

Jadi Skip yang banyak uang mengajukan penawaran kepada Frosby. Sebagian kecil tanah Frosby yang berbatasan dengan tanahnya dan yang dialiri sungai, ingin ia beli dengan harga di atas harga pasar. Frosby menolak, walaupun Skip menawarkan harga sampai tiga kali lipat.

Skip memakai siasat lain. Seminggu setelah Frosby menolak, tetangganya itu ia undang ke rumahnya. "Ingin berkenalan dengan tetangga," katanya di telepon. Padahal waKtu itu Skip sudah tinggal di Coldstream Heights selama empat bulan.

Skip menyediakan wiski dan brendi kelas satu, cerutu dan rokok paling top. Frosby tiba dengan Cadillac berdebu tapi masih baru, yang disopiri oleh seorang pemuda ganteng, yaitu Peter Junior.

"Keluarga Frosby tidak pernah menjual tanah mereka. Tanah ini sudah dimiliki keluarga kami turun-temurun selama tiga ratus tahun," kata Frosby tua yang kurus tapi berotot sambil mengisap cerutu dengan anggunnya. Gelas wiskinya tidak kosong-kosong juga. Skip menoleh ke arah Peter Junior yang duduk berpeluk tangan di belakang ayahnya.

"Sayang, Anda tidak mau menerimanya. Dua puluh ribu dolar untuk 200 m2 tanah seperti itu tidaklah murah, saya sangsi Anda akan mendapat penawaran yang sama tingginya selama hidup," kata Skip.

"Saya tidak tertarik selama hidup," Frosby dengan senyum tipis. "Saya punya putra untuk mewarisinya."

Peter Junior tersenyum juga sebagai pertanda setuju. Sebelum pulang, ia sempat memuji rumah pertanian Skip yang katanya sekarang jauh lebih bagus daripada dulu.

Skip gagal memperoleh yang diinginkannya. Padahal ía tidak biasa gagal. Ia mencoba mengusulkan penawaran lain. "Bagaimana kalau saya menyewa tanah itu selama saya hidup? Kalau saya mati, tanah itu kembali kepada Anda atau putra Anda. Saya akan memberi Anda 5.000 dolar setahun. Silakan Anda pikir-pikir dulu."

Frosby langsung menjawab. "Tidak, Pak Skipperton. Terima kasih untuk penawaran Anda."

Skip masih belum menyerah.

"Silakan Anda rundingkan dulu dengan pengacara Anda. Tak usah terburu-buru."

Frosby menampik sekali lagi dan mengucapkan terima kasih.


Cari perkara

Skipperton menyumpah-nyumpah, ketika Cadillac Frosby meluncur pergi.

Waktu itu awal Mei. Tanaman jagung di tanah Skip yang berbatasan dengan lembah milik Frosby mulai tumbuh. Ladang jagung tampak menarik sekali kalau dipasangi orang-orangan, walaupun fungsi orang-orangan itu bukan lagi untuk menakut-nakuti burung seperti di masa lampau. Jadi Skip dan Andy memasang orang-orangan di situ. Orang-orangan itu sebetulnya cuma balok kayu yang diberi jas tua dan celana coklat, sebuah topi jerami dipakukan di bagian kepala.

Skip puas sekali dengan hasil karyanya. Ia mempunyai maksud tertentu dengan orang-orangan itu. Sebelum maksud itu dilaksanakan, ia terbang ke San Francisco untuk menangani sebuah perusahaan yang dilumpuhkan perkara pengadilan, dirongrong serikat buruh, dan diancam pembatalan kontrak. Skip meninggalkan mereka dalam keadaan lebih balk, setelah memecat tiga wakil presiden. Untuk jasanya itu ia memperoleh 50.000 dolar.

Skip lebih puas lagi, ketika ia berhasil menembak anjing milk Frosby yang menyeberangi kali dan masuk ke tanah Skip. Ia lebih senang lagi, ketika Frosby mengadukannya ke pengadilan karena membunuh anjingnya. Skip dimenangkan oleh pengadilan, karena anjing itu memasuki tanah miliknya tanpa izin. Frosby marah sekali.

"Hukum sih memang hu-kum, tapi menembak anjing tetangga 'kan berlawanan dengan prikemanusiaan," kata Frosby penasaran.

Tanaman jagung Skip tumbuh sampai melewati pinggang orang-orangan. Selama itu Skip senang sekali mengincar ke arah perbatasan tanahnya dengan teropong. Sebuah bedil berisi peluru siap di tangannya. Andy sampai ketakutan.

"Pak, jangan salah tembak, lo! Saya 'kan kadang-kadang pergi ke perbatasan untuk membersihkan rumput liar di celah-celah tanaman jagung."

"Mataku tidak buta!" bentak Skip.

Ketika melihat kucing mengincar tikus di perbatasan, Skip segera saja menembak kucing itu. Keesokan harinya Peter Junior datang.

"Pak Skipperton, kemarin ayah saya dan saya mendengar bunyi tembakan, lalu malamnya salah seekor kucing kami tidak pulang, sampai hari ini. Barangkali Anda tahu apa yang terjadi?"

"Saya menembaknya. Soalnya, dia masuk ke tanah saya," jawab Skip tenang-tenang saja.

"Tapi 'kan kucing itu tidak mengganggu."

"Hukum tetap hukum," kata Skip seraya pergi meninggalkan tempat itu.

Peter Frosby mengadu lagi ke pengadilan. Sekali ini Frosby yang menang, karena kucing dianggap makhluk yang biasa keluyuran, lain dengan anjing yang bisa diajar. Skip didenda 100 dolar.


Jatuh cinta

Mulailah Skip memikirkan cara lain untuk menjengkelkan Frosby. Tapi karena Margaret datang, ia menunda dulu niatnya. Saat itu Maggie sudah lebih jangkung dan lebih berisi daripada ketika terakhir dilihat oleh ayahnya. Skip bangga, sebab anaknya cantik.

Skip sudah menyediakan hadiah berupa Toyota merah convertible, sebab ia mendengar putrinya yang hampir berumur 18 tahun itu sudah belajar mengemudikan mobil di sekolah.

Keesokan harinya Maggie bertanya apakah ayahnya mempunyai alat pancing sebab ia ingin mengail di sungai. Skip tentu saja memiliki segala macam alat pancing, tetapi ia terpaksa harus berkata kepada putrinya bahwa mereka tidak bisa memancing di sungai.

"Frosby dungu tidak mau menerima tawaran emas," kata Skip.

"Tidak apa-apa deh, Yah. Di sini banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan," jawab Maggie.

Gadis itu senang membenahi rumah, membaca, dan keluyuran. Suatu hari Skip tercengang karena Maggie pulang menjinjing tiga ekor ikan trout. Celananya basah dan ia tidak bersepatu.

"Dari mana kau dapat?" tanyanya.

"Saya bertemu anak sebelah ketika sedang membeli bensin. Ia memperkenalkan diri. Katanya, ia pernah melihat foto saya di sini. Kemudian kami minum kopi dan makan di kafe pompa bensin."

"Anak Frosby?"

"Betul. Orangnya baik, Yah. Mungkin bapaknya saja yang dungu. Peter mengajak saya memancing."

 "Maggie, Ayah tidak mau kau bergaul dengan Frosby.”

Maggie bingung.

Keesokan harinya Maggie pergi ke kota. Katanya, ia ingin membeli sepatu kets. Ia pulang memakai sepatu kets, tetapi Skip curiga: Kok, ke kota yang jaraknya tidak sampai 6 km perlu waktu tiga jam! Skip menahan diri untuk tidak bertanya.

Sabtu pagi, Maggie berkata ia akan pergi ke pesta dansa di Keensport.

"Ayah tahu dengan siapa kau akan pergi," kata Skip.

"Saya pergi sendirian. Sumpah, Yah. Zaman sekarang 'kan para gadis tidak selalu harus diantar cowok."

"Ayah senang kalau kau cepat kembali ke Swiss."

Skip sadar, ia tidak bisa melarang anaknya ke pesta dansa. Ia juga sadar Maggie jatuh cinta pada pemuda ganteng anak tetangganya.

Maggie pulang larut sekali. Pokoknya, ketika Skip terlelap pukul 02.00, putrinya belum pulang. Namun, pagi-pagi di meja makan Maggie sudah kelihatan segar dan ceria.

"Semalam pasti anak Frosby juga hadir," kata Skip.

"Kenapa sih Ayah sentimen kepadanya gara-gara ayahnya tidak mau menjual tanah warisan?"

"Ayah tidak mau kau jatuh cinta kepada anak kampung. Ayah mengirim kau ke sekolah baik-baik dan kau mempunyai latar belakang yang baik."

"Yah, Pete pernah belajar tiga tahun di Harvard. Sekarang ia ikut kuliah tertulis untuk teknik elektro.”

Perbantahan bertambah lama bertambah hangat dan Skip mulai debat kusir. Akhirnya Maggie ikut naik pitam. Ia meninggalkan ruangan. Keadaan tidak lebih baik sampai Sabtu berikutnya.


Tiga perempat mati

Hari itu Maggie berkata akan ke rumah temannya, anak keluarga Wilmers. Skip meminta alamat Wilmers. Maggie ternyata tidak pulang. Minggu pukul 09.00 Skip tidak tahan untuk tidak menelepon keluarga Wilmers. Telepon diangkat oleh seorang laki-laki yang suaranya kedengaran masih remaja. Katanya, betul Maggie ke rumah itu kemarin, tapi tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat.

"Sendirian?" tanya Skip.

”Dengan mobil Pete.”

Toyota convertiblenya ditinggalkan di rumah keluarga Wilmers. Skip mengucapkan terima kasih dan meletakkan gagang telepon dengan tangan gemetar. Lalu diangkatnya lagi telepon, untuk menghubungi Peter Junior. Frosby tua yang menerimanya. Skip memperkenalkan diri dan menanyakan apakah putrinya ada di situ.

"Tidak ada, Pak Skipperton."

"Boleh saya berbicara dengan putra Anda?"

"Dia sedang pergi."

"Tadi dia ada dan sekarang pergi?"

"Pak Skipeprton, putra saya punya kamar sendiri, kunci sendiri, dan jalan hidup sendiri. Saya tidak mencampurinya.”

Skipperton menaruh gagang telepon. Dan hidungnya keluar darah. la berlari mengambil handuk. Skipperton enggan melaporkan ketidakpulangan anaknya kepada polisi, sebab ia tidak mau namanya dikaitkan dengan Frosby, yaitu kalau polisi menemukan Maggie bersama Pete entah di mana.
Selasa pagi Skip mendapat surat dari Maggie, yang ditulis dari Boston. Putrinya itu menyatakan ia melarikan diri untuk menikah dan untuk menghindari "hal-hal yang tidak diinginkan".

"Kami saling mencintai, Ayah," tulis Maggie. Harap Ayah jangan mencari saya. Saya akan menghubungi Ayah seminggu lagi. Saya sudah menemui ibu, tetapi tidak tinggal dengan beliau."

Dua hari lamanya Skip mengeram diri di rumahnya. Ia merasa dirinya tiga perempat mati. Andy sangat khawatir. Ia membujuk majikannya agar mau mencari angin. Kebetulan ia perlu berbelanja kebutuhan sehari-hari ke kota. Skip bersedia ikut. Ia duduk di bangku belakang seperti patung. Ketika Andy turun membeli daging dan barang-barang lain, Skip diam saja di mobil.

Tega

Tiba-tiba Skip melihat Frosby berjalan dengan langkah gesit di trotoar. Ia mengenakan setelan jas, topi, dan menjepit cerutu di jarinya. Frosby tersenyum tipis dan mengangguk. Skip merasa seperti diejek. Darahnya mendidih dan ia merasa semangatnya pulih. Ketika Andy muncul dari toko daging, dilihatnya Skip sudah berdiri di trotoar dengan berkacak pinggang.

"Makan apa malam ini, Andy? Seleraku sedang baik, nih!"

Sore itu Skip bukan hanya menyuruh Andy libur pada Sabtu malam, tetapi juga memintanya menginap di tempat lain.

"Senin pun kau masih libur,” katanya seraya menjejalkan uang 300 dolar ke tangan karyawannya yang terheran-heran.

Jadi Sabtu malam Andy berangkat ke kota besar terdekat, Bangor. Skip menelepon Frosby.

"Sudah tiba saatnya kita melakukan gencatan senjata," katanya.

Frosby mula-mula kaget juga, tetapi menerima undangan untuk datang pada hari Minggu pagi. Ia tiba dengan Cadillac-nya. Sekali ini cuma sendirian.

ilustrasi+3.jpg

Skip menunggu Frosby mengetuk pintu, lalu membukakannya. Begitu Frosby masuk, tanpa buang waktu lagi Skip menggebuk kepala pria yang langsing itu dengan gagang senapannya. Frosby terjerembap, tewas. Skip tersenyum. Saat ini permadani sudah ia singkirkan, supaya tidak ada titik-titik darah yang terserap.

Frosby ia telanjangi. Pakaian pria malang itu dibakarnya di perapian yang sudah dinyalakan sejak tadi. Dompet dan arloji besarnya itu ia simpan di laci untuk disingkirkan nanti. Mayat dibungkusnya dengan beberapa lembar karung goni, lalu diangkutnya ke kebun jagung yang jauhnya lebih dari 0,5 km.

Orang-orangan yang ada di kebun itu ia turunkan dari tonggak penyangganya. Pakaian orang-orangan itu ia pakaikan ke mayat Frosby, lalu sehelai karung disarungkannya ke kepala mayat Dipasangnya topi. Supaya topi itu tidak terbang atau terjatuh, diikatnya erat-erat

Malam itu karung goni yang tersisa dibakarnya di perapian di rumahnya. Ditunggunya sampai sol sepatu Frosby habis dimakan api. Semua kancing dan gesper ia ambil untuk dikubur dekat kandang babi sedalam 1 m, lengkap dengan arloji dan dompet korban. Setelah mandi bersih-bersih, Skip membawa Cadillac korbannya jauh-jauh dari tanah mereka. Untungnya, saat itu tidak ada orang yang piknik ataupun petugas hutan. Di dekat hutan, mobil ditinggalkannya, setelah dilap bersih-bersih. Bukan cuma kemudinya, kuncinya, dan bagian-bagian yang tersentuh, tetapi juga bagian-bagian lain. Ia tidak mau mengambil resiko.


Bisa jadi mumi

Skip pulang berjalan kaki dengan santai, sambil mengayun-ayunkan cabang pohon yang dipakainya sebagai tongkat. Baru sejam kemudian ia tiba di rumahnya. Pukul 13.30 seorang wanita menelepon, menanyakan apakah Frosby ada di sana. Mungkin pembantu rumah tangga.
"Sudah pulang pukul 12.00," jawab Skip.

Pukul 19.00 ia ditelepon polisi setempat. "Boleh kami datang?" tanya polisi.

"Boleh. Kenapa tidak?" jawab Skip.

"Pak Frosby bilang ia akan langsung pulang ataukah akan pergi ke tempat lain dulu?" tanya polisi.

"Ia tidak bilang apa-apa," jawab Skip. "Saya juga kebetulan tidak memperhatikan ke arah mana mobilnya pergi."

Kedua polisi yang tampaknya belum berpengalaman itu minta diri.

Tengah malam Maggie menelepon dari Boston. Pete sudah mendapat kabar perihal ayahnya hilang.

"Ayah, mereka bilang, ia datang ke tempat ayah pagi ini. Apa yang terjadi?"

"Tidak terjadi apa-apa. Ayah mengundangnya untuk mengobrol. Betapapun kami sekarang berbesan. Tapi bagaimana Ayah bisa tahu ia pergi ke mana?"

Skip heran sendiri. Begitu mudahnya ia berbohong tentang Frosby. Skip yang selalu mau menang sendiri itu merasa dirinya benar. Sekarang ia sudah menang dari Frosby, walaupun harus kehilangan Maggie. Andy tiba keesokan harinya, Senin pagi. Ia sudah mendengar cerita tentang lenyapnya Frosby di desa. Ia juga mendengar mobil Frosby di hutan. Skip pura-pura heran. Namun, Andy tidak bertanya-tanya apa-apa kepada Skip. Apakah ia tahu duduk perkara sebenarnya? pikir sang majikan. Kalau ia tahu, mungkin mulutnya perlu disumpal dengan uang.

Keesokan harinya, sore-sore Skip memanen jagung pada saat Andy sibuk mengerjakan pekerjaan lain. Tanaman jagungnya dibiarkan saja. Kemudian dari kamarnya Skip meneropong ke arah ladang jagung. Ia puas memandang orang-orangan di antara tanaman yang dipanen. Biarlah angin dan matahari mengeringkan jenazah musuhnya sampai menjadi mumi. Cuma Skip khawatir burung-burung pemakan bangkai datang, tetapi untungnya tidak.

Pernah sekali melihat anak-anak sekolah lewat di jalan yang sejajar dengan sungai. Seorang di antara mereka menunjuk-nunjuk ke arah orang-orangan. Tidak ada di antara mereka yang menutup hidung. Wajah mereka pun gembira saja. Mana mungnn mereka tahu yang terpancang itu mayat, sebab jarak dari jalan ke tempat itu kira-kira 1 km. Sepuluh hari lewat. Menurut dugaan orang-orang desa, Frosby dibunuh oleh orang yang nebeng kendaraannya. Ia korban perampokan. Ada juga yang menduga ia diculik. Mereka pun menunggu-nunggu permintaan uang tebusan, yang ternyata tak kunjung tiba.

Sementara itu Skip agak gelisah. Ia tidak takut kepada polisi, tapi takut pada ... anak-anak sekolah. Siapa tahu anak yang menunjuk-nunjuk itu melihat bahwa yang tampak sebagai orang-orangan adalah mayat Frosby. Kalau mereka bercerita kepada ayahnya bagaimana?


Tak doyan duit

Polisi datang lagi membawa para detektif berpakaian preman. Mereka memeriksa rumah dan tanah Skip.

"Cuma pemeriksaan rutin, Pak Skipperton," kata mereka. Mereka mencatat kaliber dan nomor seri dua senapan milik Skip, tapi tidak menemukan apa-apa. Sore itu juga Maggie menelepon dari rumah Frosby.

"Boleh saya datang, Yah?" tanyanya.

"Mengapa tidak? Ini rumahmu juga?" jawab ayahnya.
Maggie mengenakan jeans biru, sepatu kets, dan sweaternya yang lama. Sulit bagi Skip untuk menerima kenyataan bahwa putrinya sudah menikah.

"Pete sangat sedih," kata Maggie. "Apakah Pak Frosby tampak tertekan atau risau?" tanyanya pula.

"Tidak, sama sekali tidak," jawab ayahnya. "Ia senang dengan pernikahan kalian dan lain sebagainya."

Maggie menyatakan ia akan tinggal di tempat Frosby dan kini ingin mengambil pakaiannya. Sikap Maggie yang dingin dan kesedihannya membuat hati Skip sakit. Maggie menambahkan, ia akan sering-sering datang menjenguk ayahnya, tetapi ia tidak mengundang Skip untuk datang.

Suatu hari, ketika Skip sedang meneropong ke ladang jagung dari kamarnya, tiba-tiba ada orang berkata.

"Saya tahu apa yang ada di dalam pakaian orang-orangan itu."

Skip menoleh ke arah Andy yang berdiri depan pintu kamar.

"Oh, ya? Apa yang akan kau lakukan?"

"Ah, tidak apa-apa," jawab Andy sambil tertawa. Skip tidak tahu harus berbuat apa.

"Kau mau uang, Andy?" tanyanya. "Atau hadiah kecil untuk tutup mulut?"

"Tidak, Pak," jawab Andy sambil menggelengkan kepala. Di wajahnya yang terbakar matahari tersungging senyuman tipis. "Saya bukan jenis orang yang demikian."

Skip seperti mati langkah. Ia terbiasa pada orang-orang yang doyan duit. Andy lain. Wah, malah kebetulan, pikir Skip kemudian. Murah dan bisa dipercaya.

Musim gugur mulai terasa. Daun-daun rontok. Perayaan Halloween tiba. Pada hari itu, sore-sore biasanya anak-anak berkeliling ke rumah tetangga untuk minta-minta dan berbuat yang aneh-aneh. Jadi Andy mencopot pintu gerbang depan, supaya jangan dicuri anak-anak. Skip pun menyediakan cukup banyak uang receh, permen, dan buah labu. Buah labu itu dilubangi di beberapa tempat oleh Andy supaya mirip gendruwo.

Teryata tidak ada seorang pun anak yang datang. Soalnya, ada pesta di Coldstream, di rumah Frosby. Suara musiknya kedengaran karena angin bertiup ke arah rumah Skip. Skip membayangkan putrinya berdansa bersama teman-temannya dan orang lain. Mereka memakai kedok dan pakaian aneh-aneh. Mungkin ada kue labu, permainan tebak-tebakan, dan memburu harta karun. Untuk pertama kali dalam hidupnya Skip merasa kesepian. Ia ingin menenggak minuman keras, tetapi teringat akan janjinya kepada dirinya sendiri. Ketika menengok ke cermin, ia melihat kerut membujur dari hidung ke mulutnya bertambah dalam. Begitu pula garis-garis di bawah mata. Ia mencoba tersenyum. Senyumnya kelihatan palsu. Skip memalingkan wajahnya dari cermin.


Gara-gara anak kecil

Pada waktu itulah ia melihat kilatan cahaya dari jendela. Di balik ladang jagung dilihatnya iring-iringan delapan atau sepuluh anak. Mereka membawa senter dan ada juga yang membawa obor. Skip marah dan khawatir.

Mereka berada di lahan miliknya. Apa hak mereka memasuki tanah orang lain? Skip berlari mengambil lampu senternya yang berkekuatan tinggi.

"Hei!" teriaknya. "Keluar dari tanah milikku!"

Anak-anak itu sedang bernyanyi. Nadanya tinggi dan tidak beraturan. Pokoknya, sesuka hati sendiri.
"Kami akan membakar orang-orangan ...." Begitu kira-kira yang keluar dari mulut mereka.

"Hei! Hei! Enyah kalian dari tanahku!" teriak Skip, sambil berlari ke luar. Ia terjerembap tapi buru-buru bangkit kembali. Anak-anak itu pasti mendengar suaranya, tetapi tidak peduli. Tak pernah sebelumnya ada orang yang berani melanggar perintah Skip, kecuali Maggie. Jadi Skip bertambah gusar.

"Enyah kalian!" hardiknya.

Dikejar oleh Skip, beberapa anak yang paling belakang melarikan diri. Mereka berada lebih dekat pada orang-orangan daripada Skip, padahal Skip ingin mencegah mereka mendekati benda itu. Tiba-tiba saja terdengar teriakan, yang diikuti jeritan ngeri lain. Semua anak menjerit-jerit histeris dan kabur tunggang langgang. Mungkin karena ada yang sempat memegang mayat atau tulang, pikir Skip.

Edward Skipperton pun berjalan gontai ke rumahnya. Pasti semua anak akan memberitahu apa yang mereka temukan kepada orang tua mereka. Skip merasa riwayatnya sudah tamat. Ia pernah menyaksikan para pengusaha yang gagal. Mereka itu ada yang melompat dari jendela pencakar langit, ada yang minum obat tidur berdosis lewat takaran. Skip mengambil bedilnya.

Ketika anak-anak yang ketakutan berhasil mencapai jalan raya, Skip sudah tewas di ruang tamunya. Anak-anak itu mendengar bunyi tembakan dan mengira mereka ditembak. Andy juga mendengar suara tembakan. Tadi ia menyaksikan arak-arakan memasuki ladang jagung dan mendengar teriakan Skip. Ia mengerti apa yang terjadi.

Andy mematikan televisi di gubuknya. Perlahan-lahan ia berjalan ke rumah besar. Ia harus memanggil polisi. Andy memutuskan akan mengaku tidak tahu-menahu perihal mayat dalam pakaian orang-orangan. Bukankah akhir minggu itu ia tidak berada di sana?

(Patricia Highsmith/HI)
Catatan :

1. Cerita pendek ini dari Majalah Intisari No. 361, Agustus 1993, XXX. Dimuat dalam rubrik Perkara Kriminal 

2. Ilustrasi cerita pendek ini juga berasal dari sumber yang sama.


Poin diskusi :

1. Apa tema yang mendasari cerita pendek ini? 

2. Bagaimana pengembangan konflik yang ada di dalam cerita pendek ini hingga mencapai klimaks atau puncak cerita?

 3. Ada berapa pokok persoalan yang disajikan dalam cerita pendek ini? 

4. Mengapa tokoh cerita yang oleh pengarangnya telah diposisikan mengalami nasib tragis "bunuh diri"? 

5. Apa pesan atau amanat yang sengaja secara halus hendak disampaikan pengarang cerita kepada pembacanya?




Share: