Kamis, 19 Januari 2012

 

Lima Tips Mengajarkan Penulisan Puisi

"Mengajarkan menulis puisi bisa dengan mudah dilakukan. Namun, tentunya pengajaran menulis puisi ini sangat menuntut peran serta aktif dari guru dan para anak didiknya."

Berikut ada lima tips mengajarkan penulisan puisi yang mungkin dapat membantu guru dan para siswa:


1. Suasana yang Kondusif

Mengajak para siswa untuk memulai suatu apresiasi karya sastra jenre puisi dengan pembacaan karya puisi. Dalam konteks ini, guru mesti bijaksana mempertimbangkan pemilihan karya puisi yang akan dibacakan, yakni harus sesuai dengan perkembangan psikologis remaja para siswanya, yang mana terwakili melalui imaji-imaji (citraan) di dalam puisi. Puisi yang telah dipilih juga mesti menstimulir ’kebebasan berfantasi’ para siswa, tetapi masih dalam kerangka substansi yang didaktis (memberi pengajaran dan nasehat yang bermanfaat). Dengan demikian suasana yang tercipta akan dapat memotivasi para siswa untuk menghargai karya sastra jenre puisi, dan selanjutnya dapat mendorong siswa untuk mulai menulis sebuah puisi.


2. Partisipasi Langsung Untuk Mengawali Penulisan Puisi

Guru secara aktif meminta peran serta langsung para siswa untuk terlibat dalam penulisan puisi. Hal ini bisa dilakukan dengan meminta ’sumbang kata’ dari siswa (sebelumnya guru harus menegaskan bahwa para siswa boleh melengkapi kata-kata yang sebelumnya ditulis di whiteboard tanpa harus memikirkan ’relasi makna’. Karena, persoalan menghubungkan makna antar kata masuk ke dalam tahap lanjutannya, dan pada tahap partisipasi langsung ini guru dan siswanya baru mau melahirkan ’embrio puisi / bahan mentah puisi.’)

Contoh:

Ketika ........... gelegar halilintar (1)
Memecah hening senja .................... (2)
Mengecutkan .................., berdiri gemetar (3)
Tanpamu aku merasa .................. (4)

Baris 1, 2, 3, 4 sebelumnya ditulis guru untuk memancing peran serta aktif siswa menyumbangkan kata-katanya sendiri guna melengkapi menjadi satu bait. Selanjutnya, berikan siswa kebebasan menyumbangkan kata-katanya kembali untuk penulisan bait ke II, III, dan IV (untuk permulaan tak menjadi soal puisi dibuat pendek dulu dengan susunan satu bait terdiri dari empat baris, tetapi guru mesti tetap memandu peserta didiknya.).


3. Penggubahan Kembali (Re-komposisi)

Setelah lengkap kata-kata di dalam bait demi bait puisi, maka guru dan peserta didiknya bisa berdiskusi bersama untuk menemukan ’kemungkinan puitik’ di dalam tiap bait dan tiap baris yang tertulis sebelumnya. Pada tahap ini, guru harus bisa dengan gamblang menjelaskan bahwa bait demi bait, baris demi baris yang ditulis sebelumnya kemungkinan mengandung korelasi makna yang utuh dan mengandung estetika puitik. Ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah penggubahan kembali berikut ini:

- Pungtuasi (pemanfaatan penggunaan tanda baca)

- Penambahan imbuhan atau pun pengurangan imbuhan dengan mengembalikan kata-kata pada bentuk kata dasarnya.

- Penambahan kata-kata atau pun pengurangan kata-kata tertentu yang tidak penting.

- Penyusunan urutan sintaksis, yakni menempatkan kembali kata-kata tertentu sehingga menghasilkan susunan sintaksis kalimat yang bernuansa puitik dan padat makna.


4. Intensifikasi

Intensifikasi berarti pemadatan. Pada tahap ini guru mengarahkan para siswa untuk bersama-sama dengannya mengutuhkan / memadatkan baris-baris yang telah tercipta melalui kegiatan kolabrasi kreatif sebelumnya. Bagaimana caranya? Guru dapat memulai melempar wacana pada para siswa dengan pertanyaan: ”Apakah semua baris-baris dalam tiap bait puisi yang tertulis di whiteboard ini memiliki hubungan / benang merah yang menjalin makna keseluruhan puisi?” Selanjutnya, guru mengajak para siswanya untuk menyortir bila ada kata atau ungkapan yang benar-benar tak diperlukan lagi dalam membangun keutuhan makna dan suasana puitik.


5. Pemberian Judul Puisi

Pada tahap ini, guru mendiskusikan bersama-sama siswanya kemungkinan judul yang sesuai untuk puisi. Guru mesti memberikan kebebasan pada para siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam konteks sumbang saran judul puisi, tetapi guru harus mengarahkan mereka agar dalam mengusulkan judul puisi yang sugestif, unik dan menarik. Guru juga mesti menerangkan kepada para siswa bahwa judul sebuah puisi dapat berupa kata lain di luar teks puisi yang sudah ada, frasa atau pun klausa tertentu yang memiliki hubungan kontekstual dengan teks puisi yang ditulis bersama-sama sebelumnya.

Demikian lima tips yang bisa dipakai sebagai panduan dalam mengajarkan penulisan puisi kepada para siswa. Saya berharap semoga lima tips sederhana ini dapat memberikan manfaat.
Share: