Jumat, 13 Januari 2012

 

Kisah Nasrudin Hoja



Nasrudin Hoja sedang bekerja keras membajak tanah ladangnya, telapak tangannya tampak melepuh dan bengkak-bengkak. Karena itu ia berusaha mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebagai alat bantu. Beberapa saat setelah mencari di sekitar ladang, dahan kayu yang sesuai tidak ia temukan. Pandangan matanya kemudian tertuju pada pohon besar yang tak begitu jauh dari tempatnya berada. Tiba-tiba ia tertarik pada sebatang dahan pohon itu. Hoja memanjat lalu menaikinya sama seperti ia menunggangi seekor keledai. Dengan kakinya yang terjulur ke bawah, ia berusaha memotong dahan tersebut.

Ketika Hoja sedang asyik memotong dahan yang dinaikinya, seorang kakek lewat di bawah pohon itu. Ia merasa heran melihat apa yang dilakukannya.

“Apa yang sedang kau kerjakan, Hoja?” tanya sang kakek heran.

“Kalau dahan itu patah, kau pasti jatuh dan tercebur ke dalam sungai,” serunya lagi.

Mendengar itu ia memandang si-kakek dengan sinis.

“Siapa yang bilang padamu kalau aku akan jatuh tercebur ke dalam sungai bersama dahan yang sedang ku potong ini, heh, kakek tua?” dengan terus memotongi dahan, ia balik bertanya.

Dengan angkuhnya lalu Hoja berkata lagi,”Mungkin kau ingin pamer padaku bahwa kau mengetahui sesuatu yang masih ghaib. Apa dirimu itu seorang ‘Waliyullah’?

Belum lagi kakek tua itu sempat menjawab, Hoja malah menyuruhnya agar segera berlalu.

“Sudahlah jangan ganggu aku. Pergilah sana! Dan ceritakan saja bayangan pikiran dan pendapatmu tadi pada orang lain. Aku tidak percaya sedikit pun padamu, karena hanya Allah saja yang mengetahui sesuatu yang masih ghaib.”

Sang kakek tua tahu kalau ia berdebat dengan Hoja, ini akan menunda perjalanannya. Ia segera saja pergi. Namun ia juga memaklumi bahwa yang dikatakan Hoja yang cukup cerdik itu ada nilai kebenarannya.

Di atas pohon, Hoja semakin asyik saja memotong dahan yang ditungganginya. Mungkin karena sudah tidak ada lagi yang protes pada apa yang sedang ia kerjakan, maka ia memusatkan seluruh konsentrasi dan tenaga agar dapat membuat dahan tersebut cepat terpenggal olehnya. Memang demikianlah adanya ketika sesuatu yang kita lakukan tidak ada gangguan yang menghalangi, segera saja kita mengetahui hasil kerja tersebut. Sesungguhnya Allah SWT kelak akan memperlihatkan padamu apa yang engkau upayakan.

Berselang beberapa saat kemudian, dahan tersebut patah. Akibatnya Hoja pun ikut jatuh dan tercebur ke dalam sungai tepat di bawah pohon itu. Sekujur tubuhnya basah kuyup dan kotor penuh lumpur. Sambil menyeka lumpur yang melumuri wajahnya, tiba-tiba ia teringat ucapan kakek tua tadi. Lalu Hoja dengan susah payah keluar menuju pinggir sungai. Tak berapa jauh dari tempatnya berada, masih ia dapat melihat jejak langkah kaki sang kakek. Segera ia berjalan cepat menyusuri jejak itu. Terengah-engah ia berusaha mempercepat jalannya. Terlintas dalam benaknya bahwa yang dikatakan kakek tua tadi benar. Ia mengagumi kemampuan sang kakek yang dapat mengetahui hal-hal ghaib, yang akan terjadi di masa depan.

Setelah berusaha keras akhirnya Hoja berhasil menyusul sang kakek. Berkali-kali ia menciumi tangan sang kakek.

“Tolong do’akan aku, kek. Aku yakin engkau seorang ‘Waliyullah’ yang saleh,” ujarnya dengan napas yang masih naik turun di batang tenggorokkannya.

Sejak peristiwa itu, dalam waktu singkat sang kakek menjadi sangat terkenal sebagai ‘Waliyullah’ di masyarakat luas. Berita menyebar cepat seperti terbawa angin tentang kehebatan kakek tua itu. Dan ketika ia meninggal, kuburannya dipasangi orang-orang kubah dan cungkup tinggi. Ada pula kotak amal jariyah yang dengan setia selalu dijaga oleh Nasrudin Hoja.




Share: