Minggu, 04 Desember 2011

 

Monolog Singkat : Topeng

Aduhai, senang sekali ini malam aku bisa menyapamu. Baiklah kali ini kita berbicara tentang 'Topeng dan Para Penggunanya.'

Sebelum perkenankan aku bertanya padamu. Apa kau tahu perbedaan orang yang mengenakan topeng dengan yang polos menampilkan wajah apa adanya?

Aku pun jujur saja tak mampu membedakannya. Ada yang tak mengenakan topeng, tapi prilakunya seperti seseorang yang bertopeng ── kira-kira apa ia juga menunggang kuda? Ayolah, mari cermati fenomena ini. Mari sedikit leluasa tebarkan pandanganmu. Bagaimana kalau aku yang memulainya? Biar kulemparkan dulu pendapatku. O, silakan saja kau dan teman-temanmu menangkap sederet ide terbangku yang bersayap. Ya, kau benar itu selagi tak ada awan gelap menyembunyikannya, dan sebelum angin yang terlalu kencang di atas melayangkannya terlalu jauh. Kejarlah! Tangkap segera!

Baik, baiklah.. Aku berpendapat bahwa topeng itu perangkat tiruan wajah. Apa? Kau bilang itu 'mimesis'? Tunggu, tunggu dulu.. Itu bukan peniruan yang diambil dari kenyataan tanpa upaya merekayasa. Topeng yang kumaksud, oh, tentu saja manipulasi diri sendiri pada suatu figur ideal.

Hmm, baiklah. Kau bertanya apa topeng itu berwajah badut, suka melucu dan bertingkah laku konyol. Aku sedikit gambarkan padamu. Topeng itu bisa saja berwajah badut humoris tetapi berhati seperti yang dimiliki sang raja hutan yang ganas. Bagaimana bisa? Silakan kau bertanya lagi padaku. Hanya saja aku berpendapat bahwa keramahan tertentu belum bisa tulus sebagaimana yang ditampilkan.

Nah, kau jadi penasaran, kan? Aku anjurkan padamu agar gemar mengamati orang-orang di sekeliling dirimu saja. Banyak di antara mereka bersembunyi dari diri sendiri yang sebenarnya.

Contohnya apa? Ayolah, sabar dulu. Pasti kita sama-sama bisa menemukan prototype-nya.

Bagaimana kalau kuberi contoh secara sekilas saja? Bisa kau dapati penjelasan yang terang? Aku mungkin cenderung mau mengatakan bahwa orang-orang bertopeng suka berahasia. Lalu, bisa saja mereka menunggang kuda dengan sebilah pedang anggar panjang yang pipih di pinggang kiri. Hahahaha... Kau tentu kini mengira mereka para pengikut Zorro, bukan? Santai saja dulu. Waktu kita masih banyak untuk membahasnya. Jangan terlalu tegang sarafmu.

Mari cicipi dulu penganannya. Hmm, nikmat bukan? Bagaimana? Ya, sudah minum dulu.

Baiklah, mari kita diskusikan lagi.  

Tahu tidak kau? Orang yang mengenakan topeng sebenarnya mencoba untuk berperan ganda. Ia ingin berperan sebagai aktor yang begitu didambakannya, dan sekaligus tentu saja ia juga ingin menyutradarai peran yang dikonsepkan dalam kehendaknya sendiri. Makanya banyak rekayasa yang dilakukan demi penyempurnaan peran yang sedang ditampilkan.

Alasannya? Apa kau tanyakan padaku tentang sebuah alasan? Ah, tentu itu sama saja dengan membicarakan mengapa kita perlu makan. Dalam kasus orang bertopeng, oh, kawan, kau harus tahu semuanya hanyalah kamuflase. Samaran yang menutupi bagaimana orang lain bisa tertipu dengan penampilan sehingga peluang-peluang bisa datang. Lalu? Ah, aku kira kau pasti tahu kelanjutannya. Selanjutnya tak lain hanyalah jalan untuk dapat mewujudkan kepentingan pribadi, mendapatkan apa yang diincar, merebutnya bukan dengan rampasan tetapi melalui pesona tampilan yang memukau kesadaran. Ya, kau benar! Tentu saja sebuah metode yang cantik, bukan?

Baik, baiklah.. Sepertinya kau masih bingung dan butuh lebih banyak lagi penjelasan. Sekarang biarkan aku bertanya dulu. Apa pernah kau melihat seseorang yang sepertinya patuh kemudian dari belakang mengumpati kepatuhannya sendiri? Apa pernah kau memperhatikan orang yang tak bisa menepati janji karena waktu yang mendesaknya untuk mengucapkan janji? Sederhananya begini saja.. Orang bertopeng punya kebiasaan berkata bahwa janji yang diucapkan pada keadaan terpaksa tak seharusnya ditepati. Kok bisa? Ah, lagi-lagi kau terlalu lugu! Janganlah seperti itu! Cobalah biasakan dirimu sendiri untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan pertanyaan bagaimana awal kejadiannya. Jangan bertanya mengapa orang bertopeng bisa sedemikian manipulatif.

Ada satu hal lagi yang perlu kau tahu. Iya, tenanglah! Aku akan terangkan semuanya padamu.

Orang bertopeng selalu berperan sesuai tuntutan skenario yang ia tulis sebelumnya, tetapi dengan luwes selalu pandai ia merevisi kembali bila skenario awal yang ditulis tak sejalan dengan situasi terkini. Mudahnya, siapa pun yang berada di atas panggung kepentingan pribadinya, ia akan berteriak lantang sebagai ikrar awal yang memandu dirinya berperan meraih segala kepentingan pribadi sebagai motivasi penampilannya. Apa kau tahu ikrar para pengguna topeng di panggung kepentingan pribadinya? Dengar dan simaklah baik-baik. Aku akan katakan padamu dengan intonasi yang mudah-mudahan bisa menggambarkan situasi pengucapan ikrarnya. Sebentar aku tarik napas dulu, berkonsentrasi, menyulap diriku seolah-seolah bagian dari mereka.

"Kami bukan siapa-siapa. Karena kami bisa jadi siapa saja, maka kami berterima kasih pada para penerjemah. Maha Agung Dia yang di atas sana sebab begitu pemurah menutup mata semua orang yang kami buat terlena.."

Begitulah ikrar para pengguna topeng, kawan. Semoga kau dan aku terhindar dari tipu muslihatnya. Ya, mudah-mudahan saja.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar