Minggu, 18 Desember 2011

 

Kabar dari Seekor Anjing di Pemakaman

Peziarah itu tertegun. Ia terpaku diam lama.
Di sekujur tubuh bersimbah kehendak,
kian menggelegak untuk menyibak
jejak penuntun ─ sayup alunan lirih menggema
lolongan seekor anjing di taman pemakaman.

Dalam kesyahduan yang menangkup
serangkaian kata sungguh telah terujar
biar hampir samar terdengar,
namun tetap menyampaikan kabar:

"Peti-peti mayat resah mengeluh
tak tahan bau busuk bangkai tubuh,
karena dosa yang terbawa mati
bengkaknya telah meletus
nanah mengalir tiada putus."

Dan ketika helai dedaunan runtuh
dari pohon-pohon peneduh
para pewaris bumi dalam liang lahad
telah menjadi selimut lapuk memucat,
anjing itu belum usai mengaduh.

Entahlah..
Mungkin tak ingin menyisakan waktu
sesaat bertimbang pandang bagi peziarah itu.

Semuanya kini menyimak khusyuk:
pepohonan, dedaunan dan reranting kering
bahkan batu-batu nisan mendengar seruan begitu merasuk.
Hingga senja hanya menyisakan segurat pertanda
kelam menghampiri hari yang telah lelah meruang.

Di sini kini hanya tanya
menggumuli diri,
resah mencari-cari
arti:

kabar dari seekor anjing di pemakaman.
Share: