Sabtu, 12 November 2011

 

PUISI | 12 November 2011 | 22:20

#1

Berkah Pagi

belum pernah jenuh menyentuh
saat pagi nan sejuk
berkali-kali kureguk

kelam semalam cuma menyisakan
kilau memukau ribuan
mutiara bertebaran
di tiap helai dedaunan
manja berbaring hingga bergulir pada tepian
dan ujung lancip rerumputan
bersinar laksana susunan
batu-batu mulia mahkota kebesaran

bahkan kini kabut
perlahan pupus tersaput
ketika cahaya ramah mentari menelan
sisa-sisa sayap pekat malam ── ruang hidup terlepas teror rasa takut
tarian embun memantul-mantul pancaran
seperti ingin menebar semangat baru
bagi tiap insan juga aku
kini telah diam terpaku
di sini ── ini pesona telah menahan adaku
menyusup ke dalam, bergemuruh dadaku
menyerap manis gairah gemerlap
untuk melangkah mantap
utuh hari ini ingin kudekap.

ini sejuk yang berhasil berkali-kali kureguk
nikmat yang murni bebas dari tuba dalam udara beserbuk
namun tak bisa kupungkiri diriku pun jadi mabuk.

bagaimana tidak?
siapa pula sanggup menolak?

kesejukan ini hidangan pagi yang teramat lezat
seperti disuguhkan para bidadari telanjang berdada padat
ke hadapanku lalu merayu dengan segala tata krama surga
hingga aku lena ── berpasrah seluruh jiwa dan raga.

belum pernah jenuh menyentuh
saat pagi nan sejuk
berkali-kali kureguk

seolah kenikmatan Firdaus tumpah tak sengaja
tercurah sebagai berkah hanya untuk diriku saja
dan dunia tempatku berada dipenuhi kebahagian yang meraja.

bagaimana tidak?
siapa pula sanggup menolak?

berkah pagi yang begitu damai
bersenandung dengan segenap pujian cericau yang ramai
semilir yang genit mencolek-colek reranting dan dedaunan
bergemerisik seperti ingin mewakili bisikan dari balik awan :
Sang Maha Pemurah tak pernah berhitungan
tiap saat nikmat diturunkan bagi semua mahluk ciptaan.




#2

di bawah purnama

:

kami ruah tertumpah cahaya
gairah mengalir kian membuncah
lesap terserap perayaan lupa begitu meriah

“Lelahkah kau, sayang?”

“Entahlah. Namun, setidaknya di sini kita bisa mengejawantah.”

di bawah berkah purnama
polos apa adanya tubuh diri tunggal  ── dalam satu gairah bernama

:

cinta




Share:

0 komentar:

Posting Komentar