Minggu, 13 November 2011

 

Cerpenku : Catatan Harian Seorang Perayu

Namaku tak terlalu panjang, singkat dan mudah diingat. Fredie, demikian orang-orang biasa memanggilku. Aku orang biasa dalam kehidupan yang luar biasa. Mengapa luar biasa? Bagaimana tidak luar biasa, hidupku penuh kebahagiaan yang memancar dari segenap penjuru. Jika ditanya kebahagiaan seperti apa yang memuncrat ke segala arah dalam hidupku itu - kebahagiaan beragam jenis yang berasal dari wanita-wanitaku.

Aku memang orang biasa yang hidup dalam kehidupan yang luar biasa indahnya. Hubungan-hubungan yang kujalin begitu erat dan menakjubkan. Baik hubungan dengan Tuhan Maha Guruku, maupun dengan setiap wanitaku. Baiklah kumulai saja menceritakan semua satu persatu agar lebih terang.

Hubunganku dengan Tuhan sangat dekat dan akrab. Bagiku, Tuhan itu wajahnya penuh cinta. Dia senantiasa baik dan ramah padaku.

Tuhan mungkin pernah marah dan begitu murka. Saat itu bisa jadi kemurkaan-Nya yang maha dahsyat menghasilkan kutukan-kutukan dan ancaman. Namun, aku tahu itu semua bukan untuk menghukumku. Tuhan sendiri bilang,

"Sungguh Kami akan menempatkan kamu sekalian, yang tidak menghargai wanita dan mencintainya setulus hati sepenuh jiwa ke dalam neraka menyala!"

Jelas sekali bukan? Ancaman Tuhan bukan untukku. Aku orang yang menghargai setiap wanita dan selalu mencintainya setulus mungkin. Tentu aku tak masuk kategori hamba-hamba yang diancam-Nya untuk dilemparkan ke dalam neraka menyala. Bila ada satu ancaman dari Tuhanku yang mungkin berasal dari dosa-dosa lainnya, Yang Maha Menunda Segala Hukuman akan mem-pending untuk jangka waktu yang lama, teristimewa untukku yang penuh cinta pada setiap wanita. Aku kemudian akan menengadahkan kedua tanganku, memohon pada-Nya,

"Tuhanku, Engkau tahu aku orang yang penuh cinta dan segenap jiwa ragaku tulus mencintai setiap wanita. Maka adakanlah penundaan yang lama bagiku untuk masuk neraka menyala. Kumohon?"

Lalu, Tuhan Yang Maha Memaklumi pun akan mengerti. Dia segera menunda giliranku masuk neraka menyala, karena aku gemilang dalam cahaya cinta dan begitu tulus menghargai setiap wanita. Penundaan yang Ia buat pasti selalu lama.

Sudah jelas bahwa kemurkaan Tuhan yang memproduksi kutukan-kutukan dan ancaman bukan untukku. Lantas untuk siapa?

Tuhan sangat murka pada para hambanya yang kufur nikmat. Para hamba yang tidak hidup dalam nur kasih sayang, sehingga tak mampu mencintai setiap wanita dengan kemutlakan penyerahan diri. Tuhan begitu pemberang pada mereka! Sekali lagi mengapa? Karena para hamba-Nya yang terkutuk itu tidak mensyukuri bahwa keceriaan hidup di dunia fana tercipta atas dasar penganugerahan cinta disertai pendalamannya pada setiap wanita.

Setelah tahu bahwa Tuhan Berwajah Penuh Cinta dan Ramah bisa berang pada para hamba-Nya yang meremehkan cinta tulus pada setiap wanita, aku melihat bahwa kemurkaan-Nya berada dalam sudut pandang kacamata positif. Bagaimana bisa? Sebab Tuhan hanya ingin melihat mahluk-mahluk ciptaan-Nya bahagia bersama kaum Hawa selama hidup di dunia. Itu saja tujuan-Nya, tak ada yang lain! Maka dari itu, kemurkaan Tuhan dapat diintisarikan sangat positif dan berfaedah.

Aku sangat memahami semua ini. Jadi, aku tak mau melakukan perbuatan bodoh dan ceroboh memancing kemurkaan-Nya pada diriku. Aku ikuti saja kehendak-Nya untuk meronai duniaku dengan semarak warna gairah cinta pada setiap wanita yang kutemui. Itulah sebabnya aku terhindar dari kutukan-kutukan dan ancaman Tuhan yang menerbitkan derita hidup dan kegalauan jiwa. Aku memutuskan untuk setia menyusuri jejak-Nya. Bercahaya dengan cemerlangnya cinta dalam kemahapengasihan dan kemahapenyayangan pada setiap wanita mana saja agar bahagia. Dengan demikian aku ikut anjuran Tuhan dan sekaligus menjadi pengikut-Nya yang berloyalitas tinggi. Tuhan setuju sekali dengan keputusanku itu. Kami menjadi dekat sekali. Dia begitu  bersahabat denganku. Duduk semeja berdiskusi tentang cara-cara tercanggih dalam menyalurkan cinta dan kasih sayang pada setiap wanita. Aku pun suka bertukar pikiran dengan Tuhan. Kami mencari solusi atas bermacam kendala dalam proses distribusi cinta tulus dan peleburan diri saat mencintai setiap wanita. Tuhan memang Yang Maha Cerdas. Ia selalu saja menemukan jalan keluar setiap persoalan yang kualami ketika menyerahkan cinta berkadar murni 24 karat pada wanita-wanitaku.

Aku begitu dekat dengan Tuhan. Keakraban kami dalam suasana hangat dan familiar antara Sang Maha Guru Cinta dengan si-murid yang ingin mengecap rasa kebahagiaan yang berbeda-beda dari mencintai wanita-wanita yang datang padanya. Dengan keakraban yang begitu mesra, maka aku sangat mudah mendapat nasehat-Nya yang bijak. Aku sangat beruntung kala Tuhan memberkatiku dengan formula kebijaksanaan ajaib, yang dapat kumanfaatkan dalam meraih macam-macam jenis kebahagiaan di dunia melalui ketulusan hati dan penyerahan diri dalam mencintai setiap wanita.

"Hiduplah dengan bahagia di duniamu. Jadilah pengumpul kebahagiaan yang efektif. Hargailah wanita dan cintailah dirinya setulus hati sepenuh jiwa. Bila kau harus mencintai wanita lainnya lagi, janganlah sungkan, wahai hamba-Ku. Lakukanlah pengulangan-pengulangan yang sama," demikian formula bijak nan ajaib dari Tuhan untukku.

"Baiklah, Tuhanku," kataku patuh setelah menyimak, "Aku akan hidup di duniaku yang sementara ini dengan sangat bahagia. Aku akan mendayagunakan cara yang terefektif ketika mengumpulkan kebahagiaan sebanyak mungkin. Setulus hati sepenuh jiwa aku akan mencintai seorang wanita, seorang wanita lagi, seorang wanita lagi, demikan akan kulangi berkali-kali tanpa kejenuhan dan kebosanan menyergap diriku," janjiku pada-Nya.

Selanjutnya, saat semua orang tahu aku selalu memberikan cinta tulusku dengan kadar kemurnian tingkat tinggi pada setiap wanita, mereka mengakui bahwa aku bukan pembangkang Tuhanku Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Mereka mengerti dengan derajat pengetahuan yang baik. Aku tak pernah berniat membantah kebenaran dari petuah cinta-Nya. Aku melaksanakan apa yang disarankan-Nya padaku, mencintai seorang wanita, lalu seorang wanita lagi, seorang wanita lagi demikian seterusnya kuulangi dengan semangat tinggi. Hal seperti kewajiban yang harus kutunaikan, dan akibatnya membuatku dapat menikmati surga kebahagiaan hidup di dunia dengan cita rasa yang kaya. Semua ini bisa kulakukan karena petunjuk Tuhanku yang tak berani kutentang. Semua orang tahu hal itu!

Alhasil, karena aku pengikut sejati Tuhanku Yang Maha Bercahaya Dalam Cinta-Nya, setiap wanita pasti merasakan cinta tulusku dengan penghayatan yang dalam. Wanita, perhiasan dunia fana ini, terinspirasi untuk berlomba mempersembahkan kebahagiaan dengan kualitasnya yang berbeda. Selalu saja tak sama bila dibandingkan dengan persembahan kebahagiaan dari wanita lainnya lagi, demikian seterusnya. Ini membuatku heran,

"Inilah berkah dari mencintai setiap wanita dengan sepenuh jiwa," kataku merasa takjub.

Persembahan kebahagiaan yang beragam dengan jenis dan kualitasnya itu tulus ditujukan padaku; karena aku telah demikian ikhlas memberikan cinta sejati dan murni yang berhiaskan harapan menikmati gairah kehidupan duniawi dengan dekorasinya yang menawan hati. Tentu setiap wanita sangat mendambakan ini. Aku pun sepenuhnya mengerti.

Ironisnya, aku ini pengumpul kebahagiaan yang efektif. Modalku hanya kemampuan mendistribusikan ketulusan cinta, dan ruang gudang kalbu serta jiwaku begitu besar untuk memuat kebahagiaan jenis terbaru lagi. Selain itu aku tak tega mengabaikan kebaikan hati seorang wanita lainnya lagi ketika mengantarkan kebahagiaan yang dimilikinya untukku, dengan wajah mengharap penerimaanku,

"Terimalah cintaku dan resapilah kebahagiaan hidup bersamaku. Kumohon?" pintanya padaku.

Ah, aku ini orang yang penuh belas kasih. Tak sampai hati menyiksa jiwa, meyakiti perasaan halusnya. Aku juga tak mampu menipu diri sendiri, membelakangi persembahan tulus yang diberikan setiap wanitaku - keunikan cinta dan cahaya kebahagiaan dengan lengkung pelanginya yang menarik hatiku. Ya, aku memang pengumpul kebahagiaan yang kagum akan beragam jenisnya, tetapi hanya tersedia pada diri wanita-wanitaku yang berbeda. Maka ketika ada wanita yang menawarkan kebahagiaan untuk hidup bersamanya, aku selalu terbuka dan mencintainya setulus hati. Tak berat hati pula aku berlutut menyambutnya dengan suka cita. Lalu, tak lupa kuselipkan setangkai mawar merah harum di lubuk hatinya - ekspresi jujur betapa tinggi penghargaanku terhadap dirinya. Sang wanita yang baru mendapat cinta tulusku pun merasakan hidup serasa di surga. Hidup bersamaku, katanya lebih bergairah. Aura kebahagiaanya juga muncrat kemana-mana. Penuh suka dan gelak tawa, bebas dari rasa getir penderitaan hidup duniawi yang tak perlu dihayati.

Di penghujung drama romansa yang indah itu, setiap cinta tulus yang penuh penghayatan akan eksistensi dan entitasnya yang telah begitu sempurna kupersembahkan pada setiap wanita - sebagai rasa terima kasihnya sang wanita pun berseru gembira,

"Engkaulah hidup dan cinta sejatiku! Engkaulah kebahagiaanku hidup di dunia ini! Aku rela menyerahkan diriku hanya untukmu!"

Aku pun tersenyum, penuh arti berkata dalam hati - seolah merayakan kemenanganku yang kurang ajar karena mampu menambah koleksi kebahagiaan keluaran terbaru lagi dengan cara yang efektif,

"Ya, akhirnya hanya tambah satu saja seperti yang sudah-sudah!"

Walaupun demikian adanya, entah mengapa Tuhan masih saja berwajah ramah dan cemerlang dalam cahaya cinta-Nya di mataku. Dia menatap penuh rasa kasih sayang padaku. Padahal aku telah terang-terangan menyalahgunakan rumus sakti-Nya nan ajaib - ketulusan cinta yang diberikan pada wanita mampu memproduksi secara efektif beragam jenis kebahagiaan hidup di dunia fana ini.

Ya, namaku memang Fredie. Singkat dan mudah diingat.

Share: